Yes, I’m Kasmir
Anak Parit Panjang yang Tak Mampu Bayar Uang Sekolah Itu, Jadi Pendiri Uniteda Arkato.
Kira-kira 47 tahun lalu, dalam usia masih sangat muda, dia tinggalkan nagari tempat dia dilahirkan. Di jorong Parit Panjang, Nagari Lubuk Basung, Kabupaten Agam. Tempat dimana Gunung Marapi terlihat begitu indah di pagi dan senja hari. Seperti perjalanan hidupnya: meski terkadang berkabut, gelap, badai, atau terang, tetap berjuang untuk tegak di kaki sendiri.
Sebuah foto lama, hitam putih, terpajang di halaman depan website Arkato. Seorang pemuda, kurus, berambut sedikit tak terurus tertutup helm. Foto itu, dibuat slide dengan foto-foto lain, yang memperlihatkan bahwa pemuda itu, berubah.
Ada foto alat berat. Ada foto di sebuah kantor perusahaan. Ada juga foto perjalanan ke luar negeri. Di bawah foto itu, ada tulisan yang begitu kokoh narasinya: “Yes, I’m Kasmir.”.
Sederet kalimat dalam bahasa Inggris ditulis di bawahnya. Hanya tiga paragraf. Tapi, cukup untuk menceritakan sebuah episode yang begitu panjang tentang perjuangan hidup yang layak diteladani.
Begini bunyinya:
“H. M. Y. Kasmir, founder and owner of PT. UNITEDA ARKATO began his career from the very bottom and worked his way up to the position he holds today. He started from an operator/mechanic at the first heavy equipment rental in Indonesia, PT First Indonesian Plant Hire (PT FIPH), and worked at one project to another from Sabang until Merauke.
In 1979, Kasmir moved on to hold various positions such as Supervisor and Marketing and Operation Manager. With his entrepreneurial skills, Kasmir shifted from one corporation to the other, gathering knowledge and experience.
In 1991, with the knowledge and experience that he had acquired over the years, He resolved to establish his own company with the help of his wife Army Aben who now holds the position of Commissioner. PT UNITEDA ARKATO was founded on October 1st 1991, the name of the company being a combination of the name of his beloved wife ARmy Aben, Kasmir’s own name and the word “sakaTO” which in the Minang language means “unanimous”.
Ya, inilah Haji Muhammad Y Kasmir, pendiri sekaligus pemilik PT Uniteda Arkato, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang rental dan pengadaan alat-alat berat, yang telah memiliki jaringan cabang perusahaan di beberapa daerah di Indonesia.
Kasmir, adalah pendiri sekaligus pemilik dari perusahaan yang kini mengelola lebih dari 300 unit kendaraan alat berat untuk rental atau pekerjaan sendiri. Bermacam-macam jenis, ada.
UNITEDA ARKATO
Mulai dari dump truck, bulldozer, motor grader, heel loader, excavator, backhoe loader, vibro compactor, fly jib, to small size equipments such as baby roller, rock drill, paving breaker, dan beberapa lainnya.
Melalui PT Uniteda Arkato, Kasmir –yang kemudian digantikan oleh putranya sebagai Direktur Utama dalam perusahaan itu– telah mengerjakan berbagai proyek-proyek besar di Indonesia.
Tahun 2014, perusahaan ini ikut dalam pembangunan konstruksi untuk proyek jalan tol di Solo, menjadi mitra dari PT Thiess Contractors Indonesia. 2013, ikut dalam proyek pembangunan jalan tol di Cisumdawu, Sumedang, Jabar dan bermitra dengan PT Shanghai Construction Group.
Tahun 2015 hingga kini, menjadi mitra PT Bumi Suksesindo untuk pengelolaan pertambangan di Banyuwangi. 2011 hingga saat ini, mengerjakan pengelolaan pertambangan di Martabe, Batang Toru, Sumatera Utara yang bermitra dengan PT Leighton Contractors Indonesia.
Masih banyak pekerjaan dan proyek yang dikerjakan oleh PT Uniteda Arkato. Mitranya, mulai dari perusahaan nasional, BUMN, hingga perusahaan asing.
Jejaring usaha PT Uniteda Arkato juga meluas. Perusahaan ini, memiliki workshop di daerah Jonggol Km 4, Desa Mekar Sari, Cileungsi – Bogor. Punya kantor perwakilan di Lancang Kuning Office, Jl Siak II, Pekanbaru.
Juga ada perwakilan di Jl Pangeran Hidayat, Kenali Asam Bawah, Jambi. Selain itu, ada juga Arkato Office di Jl Soekarno Hatta, Palembang.
Lulus SD dari Kelas 5
Nama H MY Kasmir, memang masuk dalam deretan pengusaha yang diperhitungkan untuk bisnis alat berat. Pekerjaan yang dimulainya dari bawah sebagai pekerja lapangan di perusahaan alat berat PT Trakindo/PT First Indonesian Plant Hire (PT FIPH), 46 tahun lalu.
Bangunan di Jalan Pinang Ranti II, Jakarta Timur itu terlihat megah di antara bangunan sekitarnya. Berbentuk seperti rumah tradisional di Sumatera Barat. Pemiliknya, memberi nama gedung itu, Rumah Gadang Office.
Inilah kantor pusat PT Uniteda Arkato. Mewah, anggun dan sangat mengikat bagi pengusaha alat berat nasional, H MY Kasmir dengan asal-usulnya sebagai anak kampung. Anak asli kelahiran Jorong Parit Panjang, di Nagari Lubuk Basung, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Haji MY Kasmir, memang tidak pernah melepaskan dari mana asal-usulnya. Bukan hanya tradisi, tapi juga prinsip dan filosofi hidup, yang telah dia terima pada usia anak-anak, dulu.
“Saya lahir dari keluarga yang kurang berkecukupan. Tapi, ibu selalu menyemangati kami anak-anaknya untuk selalu bisa mengatasi masalah,” kenang Haji Kasmir.
Dia ingat, waktu itu dia masih kelas 5 SD. “Saya mau ujia akhir SD. Sempat ada ketakutan, saya tidak bisa mengerjakan ujian. Ibu saya langsung bilang: Hei, Kasmir. Bapak kamu bilang, tidak ada yang tidak bisa, pasti bisa!”
Saat itu, ujian akhir SD memang cukup berat bagi Kasmir kecil. Tapi setelah dicoba, ternyata dia bisa. Kasmir berhasil lulus.*
Pantang Menyerah
Sejak saat itu, Kasmir kecil sudah mengenal prinsip pantang menyerah. Dan, hal pertama yang harus dia jalani adalah saat melanjutkan pendidikannya. Kasmir masuk ST, Sekolah Teknik setingkat SMP.
Tantangan pertama adalah jarak tempuh. Sekolah itu, berada di Bukittinggi. Atau, sekitar 60 kilometer dari rumahnya.
“Saya harus ngekos di situ. Dan, itu adalah masa yang serba sulit. Bahkan, saya sempat tidak bisa bayar sekolah. Ibu saya datang. Saya ingat betul, ibu saya tidak memakai sandal ketika mendatangi tempat kos saya,” kenang Kasmir.
“Saya saat itu, miskin. Tapi, saya diajarkan untuk tidak rendah diri,” katanya.
Dan, benar. Kasmir meski hidup serba kekurangan secara ekonomi, memiliki otak yang encer.
“Jadi, waktu saya masih di Sekolah Teknik, saya juga menjadi asisten guru,” kenangnya.
Ketika waktu ujian tiba, Kasmir mengalami masa sulit. Kepala Sekolah datang dan mengecek siapa-siapa saja murid yang belum bayar. “Saya dikeluarkan karena belum bayar. Tapi, saat itu saya masih boleh ikut ujian,” katanya mengenang.
Ujian kedua di usia Kasmir yang masih sangat muda: lulus ujian, tamatan ST ia melanjutkan pendiidkan ke jenjang berikutnya yaitu STM!
Tapi, prinsip hidup keluarga Kasmir adalah pantang menyerah. Kasmir saat itu, memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah setelah lulus STM karena alasan ekonomi. Dia memilih bekerja. Pertanyaannya, dimana?
Ke Jakarta
“Saya tamatan sekolah STM. Waktu itu, kakak saya bilang:
Jika kamu ingin kerja pergilah ke kota besar. Di sana lebih banyak lowongan kerja daripada di kota Padang,” cerita Kasmir.
Nah, saat itulah muncul pilihan bahwa Kasmir harus ke Jakarta. “Saya bilang pada ibu: Mak, saya kan nggak punya saudara di Jakarta, gimana nanti?” kata Kasmir.
Waktu itu, ibunya kembali menjawab:”Kamu ingat nggak pesan bapak kamu, ayam saja bisa makan, masak kamu nggak bisa?”
Akhirnya, Kasmir pun berangkat ke Jakarta. Modal yang dia bawa sebagai ongkos dan biaya hidup di Jakarta adalah: menjual satu ekor sapi miliknya. Waktu itu, tahun 1972.
Kasmir tiba di Jakarta, tanpa memiliki kawan atau sanak saudara. Tempat yang pertama dia tuju ketika tiba adalah musholla.
“Saya berhenti di mushola dan sholat. Saya membawa tas rotan. Isinya adalah ijazah. Di situ, saya minta izin ke panitia masjidnya untuk bisa tidur di mushola. Dan kebetulan, dia orang Padang juga,” katanya.
“Waktu bangun, saya langsung cari kerja. Kebetulan pula, di samping mushola itu ada bengkel mobil. Saya langsung kerja. Jadi, di bengkel mobil itulah untuk pertama kalinya yang bekerja,” katanya.
“Begitu kerja, saya juga langsung saya tidur di situ. Di bengkel. Tidak di mushola lagi,” katanya lagi.
ARMY-KASMIR, SAKATO
Kasmir bekerja di bengkel itu sebagai pembantu montir. Waktu itu, dia dibikinkan tempat tidur. “Waktu itu, saya dibelikan oleh pemiliknya, seorang keturunan China. Kalau tidak salah, namanya Pak Karyono,” katanya.
Begitulah. Kasmir kemudian menjalani masa mudanya di Jakarta seorang diri. Berjuang dan bekerja untuk bertahan hidup. Dari bengkel mobil, kemudian dia berpindah ke bengkel alat berat.
Dari alat-alat berat itulah, Kasmir mulai menunjukkan kemampuannya. Bukan hanya sebagai montir atau operator. Tapi, Kasmir juga mulai belajar mengelola dan bagaimana menjalankan bisnis alat-alat berat.
Namun, di masa itu Kasmir sempat menganggur cukup lama dari Februari – Oktober 1990. Kasmir waktu itu beranggapan bahwa mencari pekerjaan itu mudah, kenyataannya sulit. Rezeki yang tidak diduga datang, Kasmir mendapatkan sewa alat berat, ia membantu mencarikan rental alat berat. Dari jasa itu Kasmir mendapatkan keuntungan sekitar 3 juta rupiah. Uang yang cukup waktu itu untuk menutupi gaji selama 3 bulan. Kenang Kasmir.
Tak lama kemudian Kasmir mulai merintis untuk berdiri sendiri. Tepat diusianya yang ke 40 tahun yaitu Tahun 1990, Kasmir mulai mendirikan perusahaan. Lantas darimana modalnya? “saya mendirikan perusahaan ini tepat saat saya umur 40 tahun, kebetulan mertua saya sudah pensiun, sebagian harta mertua saya diberikan kepada anaknya (istri saya; Army) lalu diserahakn ke Jakarta. Hingga akhirnya berdirilah PT Uniteda Arkato.
Setelah perusahaan berjalan, ada masalah. Untuk mendapatkan pekerjaan atau urusan bisnis, perusahaan harus memiliki legalitas. Waktu itu, perusahaan yang dirintis oleh Kasmir dengan mendapatkan beberapa pekerjaan, masih belum memiliki legalitas administratif.
Akhirnya tahun 1991, Kasmir mulai mengurus legalitas administrasi perusahaannya. Dan, tempat yang pertama dia tuju adalah: percetakan!
“Ya, waktu itu saya memang masih bodoh. Belum paham soal perusahaan. Jadi, waktu mau membuat perusahaan ini, saya bawa ijazah SD dan datang ke percetakan. Padahal, seharusnya kan datang ke notaris,” katanya tertawa mengenang bagaimana gigihnya dia memulai usaha itu.
Akhirnya, Kasmir berhasil memiliki perusahaan secara formal setelah membuat akta pendirian ke notaris. Kemudian, dia mulai bekerjasama dengan bank. Dari orang bank, Kasmir belajar bagaimana berbisnis.
Dia juga mulai mengurus Tanda Data Perusahaan (TDP). Kemudian, SIUP sampai NPWP. “Waktu itu, kata orang bank, kalau ini sudah diurus semua, bapak baru bisa jadi Dirut,” katanya mengenang.
Perusahaan sudah jalan. Begitu juga legal administrasinya. Tapi, persoalan baru muncul: apa nama perusahaan ini?
“Saya membuat akta notaris tahun 1991. Karena waktu itu
saya datang sendiri, jadi nama perusahaan itu ya atas nama saya sendiri,” katanya.
Karena tuntutan administrasi, perusahaan itu harus memiliki nama. “Waktu itu, yang sedang populer adalah Jepang. Jadi, namanya harus mirip-mirip Jepang,” katanya.
Nah, dari situlah muncul ide untuk menggabungkan nama Kasmir dan istrinya, Armi Aben. “Jadi dua huruf depan istrinya “AR” saya gabung dengan dua huruf dengan nama saya “AK”. Lalu, saya tambahkan kata “Kato”. Ini asalnya dari kata “Sakato”, yang dalam bahasa Minang berarti seia-sekata,” katanya.
Maka, jadilah nama perusahaan itu: Arkato.
“Saya mendirikan perusahaan ini, pada usia 40 tahun. Dan yang memberi saya inspirasi adalah orangtua saya,” kenang Kasmir.
Perjalanan sebagai pengusaha alat berat pun dimulai Kasmir. Tidak selalu mulus. Ada juga saat-saat dimana muncul persoalan-persoalan yang cukup berat di dunia alat berat. Tapi, Kasmir dengan prinsipnya tak pernah lelah dan menyerah.
“Saya dari kecil diajarkan, bahwa tidak ada yang tidak bisa kita kerjakan kalau kita bersungguh-sungguh. Karena itu, setiap ada kesulitan, terus kita cari cara penyelesaiannya. Intinya, harus bisa,” katanya.
Ini juga yang dilakukan ketika masih menjadi asisten montir, di bengkel tempat dia pertama bekerja di Jakarta. “Setiap saya bekerja, dan setiap yang saya mengerjakan suatu pekerjaan, malamnya sebelum saya tidur saya catat. Apa yang telah saya kerjakan saya pelajari.
Misalnya, saya mengerti apa itu pompa cumi-cumi dan berbagai alat lainnya. Sampai sekarang, buku diari itu masih ada. Inilah yang membuat saya menjadi hafal jika ada kerusakan pada alat,” katanya mengungkap salah satu kunci suksesnya.
Arkato berkembang menjadi perusahaan rental alat rental yang besar. Jumlah alat-alat berat yang dimiliki semakin banyak dan beragam.
“Saya mempunyai empat anak, dua laki-laki dan dua perempuan. Dari mereka, saya mempunyai 22 cucu. Sebentar lagi akan jadi 23,” katanya.
Tentu, nasib baik itu tidak datang dengan sendiri. “Itu harus mulai dari awal. Makanya, saya selalu ingatkan pada anak-anak saya dan anak-anak muda lainnya. Didiklah anak dengan baik. Anak adalah harta yang tak ternilai,” katanya.
Ya, Kasmir pun telah melaluinya. Kini, PT Uniteda Arkato semakin besar. Dikelola oleh generasi kedua keluarga Kasmir. Lebih profesional, lebih modern sebagai sebuah korporasi.
Kasmir, percaya bahwa pendidikan dan perhatian yang baik untuk anak dan keluarga, adalah investasi yang sangat besar nilainya.*
Komentar