Eko Wahyudi, Tambang Batu & Sepeda Motor Astrea

Panggil saja Kang Yudi. Masih muda. Tahun ini, baru berusia 38 tahun. Tepatnya, dia lahir di tahun 1982, bulan Mei, di tanggal ke-28. Memimpin dan mendirikan lebih dari 12 unit usaha. Melibatkan 1.550 an karyawan dan Omsetnya sudah mencapai Rp 300 miliar lebih.

Eko Wahyudi, nama lengkapnya. Ketika kecil, tak pernah berpikir bahwa kelak pada usia dewasanya, akan menjadi pengusaha sukses. Apalagi, dengan omset yang bahkan nilainya saja, saat itu tidak pernah dia bayangkan sama sekali.

Masa kecil Kang Yudi hingga remaja, lebih banyak dihabiskan di Dusun Penebusan, Desa Kepoh Agung, Kecamatan Plumpang, Tuban. Melalui masa pendidikan dasar di SD Negeri Kepoh Agung 1, Plumpang.

Selain pendidikan umum, pada masa ini juga Kang Yudi belajar ilmu agama. Itu dilakukan dengan sekolah siang di madrasah diniyah yang ada di Kesamben. Kemudian, setelah pendidikan dasar selesai, Kang Yudi melanjutkan pendidikan menengah di SMP Negeri 1 Plumpang, Tuban.

Ketika lulus SMP, dia memilih melanjutkan pendidikan ke sekolah kejuruan. Yaitu di SMK Taruna Jaya Prawira, Tuban, jurusan mesin.

Kang Yudi memiliki keyakinan teguh, bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa adalah pemilik segala rencana bagi mahluk ciptaan-Nya. Meskipun manusia telah merancang rencana terbaiknya, tetap saja rencana Tuhan yang harus dijalani.

Kang Yudi juga meyakini bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa telah hadir dalam kehidupannya secara nyata. Apapun yang terjadi dalam perjalanan hidupnya, suka dan duka, adalah bagian dari rencana Yang Maha Kuasa yang harus dia jalani.

Lahir dari orangtua yang harus berjuang untuk bisa menghidupi seluruh keluarga. Bapaknya, hanya seorang pemilik lahan seluas setengah hektar, yang sebagian digunakan menjadi tempat penambangan batu kapur.

Di lahan itu, bapaknya Kang Yudi bekerja sama dengan para penambang. Jumlahnya tidak banyak. Berkisar antara 5 sampai 7 penambang. Mereka menggali batu kapur di lahan itu, lalu bapaknya Kang Yudi yang menjual. Istilahnya: trader atau pedagang batu kapur.

Waktu itu, bapaknya masih memiliki satu unit kendaraan jenis truk. Jadi, hasil dari penjualan itu dibagi dengan penambang dan biaya sewa angkut truk. Tidak terlalu banyak hasil yang bisa diharapkan dari penambangan itu.

Kemampuan penjualan, hanya lima kali, atau istilahnya lima rit, dalam sehari. Satu rit adalah satu kali angkut dengan menggunakan truk pengankut dengan kapasitas angkut batu antara 5 sampai 7 meter kubik.

Dari satu rit waktu itu, diperoleh hasil penjualan sekitar Rp 280 ribu. Jika dibuat rata-rata, maka dalam satu bulan omsetnya sekitar Rp 10 juta.

Nilai omset itu, belum tentu bisa diterima semuanya. Persoalan selalu ada. Selain biaya operasional untuk truk dan lainnya, jadang ada masalah dengan pembayaran yang terlambat. Kadang ada juga yang sudah dibayar, tapi barang belum sampai ke tempat proyek. Kadang dikejar-kejar orang.

Ditambah lagi, ada beban biaya yang juga harus ditanggung di luar biaya operasional. Yaitu, membayar angsuran untuk pembelian truk yang dibeli dengan cara kredit tersebut.

Pengalaman ini terekam dalam ingatan Kang Yudi. Dia ingat betul, bagaimana bapak dan ibunya harus saling menutupi kebutuhan keuangan untuk keluarga dengan kebutuhan untuk operasional trader batu kapur.

Sekitar tahun 1997, Kang Yudi mulai membantu bekerja di lahan pertambangan milik bapaknya. Usianya masih sangat muda. Masih menjalani pendidikan di SMK Taruna Jaya Prawira.

Mulanya, keinginan untuk bekerja membantu bapaknya di tambang batu ini sendiri sangat sederhana. Yaitu: dia ingin bisa naik sepeda motor!
Ya, saat itu sudah mulai banyak anak-anak pelajar setingkat SMA yang sudah mulai memiliki sepeda motor.

Bahkan, mereka juga memakainya untuk ke sekolah. Kang Yudi, dilarang oleh bapaknya. Kecuali, jika dia harus mengantarkan atau menjual batu kapur, dia boleh mengendarai sepeda motor.

Inilah alasan mula pertama Kang Yudi terjun ke dunia perdagangan batu. Keinginan untuk bisa mengendarai sepeda motor, meski untuk kepentingan pengiriman atau penjualan batu, menjadikannya mulai akrab dengan dunia pertambangan dan perdagangan batu kapur.

Motor pertamanya dibeli secara kredit. Diangsur Rp 133.000 per bulan. Mereknya: Astrea Impressa.
Motor ini pada akhirnya dijual. Namun, kenangan memiliki dan mengendarainya, tak pernah dilupakan oleh Kang Yudi.

Montor Gak Mergawe, Mentek!

Kang Yudi dikenal tak suka banyak bicara. Dia lebih suka langsung bekerja. Melakukan aksi nyata. Jika ada suatu pertemuan, dia akan menjadi pendengar yang baik.

Ini kemudian menjadi sebuah prinsip yang dia jalani untuk membangun dan mengelola perusahaan. Setiap orang, setiap divisi, setiap unit, atau siapa saja yang terlibat dalam suatu struktur pekerjaan di bawah tanggungjawabnya, selalu didengar. Mulai dari masukan, keluhan, gagasan, penilaian atau apa saja.

Bagi Kang Yudi, diskusi terbuka atau mendengar masukan orang secara transparan, adalah cara efektif untuk merumuskan suatu permasalahan yang dihadapi. Setelah langkah disusun dan keputusan disepakati, yang harus dilakukan berikutnya adalah: segera laksanakan!

Prinsip kerjanya adalah aksi nyata. Perdebatan, pembahasan, perancangan adalah salah satu cara untuk memulai proses dalam mencapai tujuan. Semuanya tidak ada artinya jika tidak dilaksanakan dalam bentuk kegiatan nyata.

Ya, Kang Yudi memang belajar bisnis dari kehidupan nyata. Dimulai sebagai tukang kirim dan tukang jualan batu kapur dengan sepeda motor pada usia masih sangat muda. Tidak mengeluh, tidak juga mudah menyerah.

Bahkan, ketika pada sekitar tahun 1999, saat situasi perekonomian nasional dalam kondisi masa krisis. Bapaknya waktu itu berusaha meningkatkan omset penjualan batu dari penambangan di lahannya dengan membeli satu unit dump truck.

Nilai tukar dolar naik, rupiah turun. Begitu juga dengan bunga di bank. Secara langsung, efeknya pada operasional trader di pertambangan batu kapur, sangat terasa.

Dump truck dibeli dengan cara cash. Uangnya diperoleh dari penjualan truk, yang sebelumnya dibeli dengan cara kredit. Melanjutkan kredit, terlalu berat karena keuntungan yang diperoleh harus dikurangi untuk membayar angsuran. Dengan pembelian cash, kalkulasinya tidak perlu lagi memikirkan biaya angsuran bulanan.

Sekali lagi, itu adalah rencana manusia. Tuhan Yang Maha Kuasa memiliki rencana sendiri. Meski tidak lagi membayar angsuran, tapi biaya operasional dump truck lebih besar dari truk biasa.

Kang Yudi mulai terlibat dalam urusan operasional kendaraan tersebut. Dia adalah anak pertama, dari tiga bersaudara. Dua adiknya, perempuan.

Dalam usia masih sangat muda, Kang Yudi sudah mulai harus terlibat untuk ikut menyelesaikan persoalan produksi dan pengangkutan hasil tambang batu milik bapaknya. Karena, mereka harus menutupi biaya operasional dump truck.

Kang Yudi mulai ikut membantu bapaknya untuk mencari pekerjaan-pekerjaan atau proyek yang membutuhkan batu kapur. Beberapa kali, putaran uang hasil penjualan maupun penyewaan dump truck, sama sekali tidak cukup untuk biaya operasional.

Eko Wahyudi bersama Ibundanya

Pada saat itulah Kang Yudi melihat bagaimana ibunya terjun langsung membantu usaha keluarga tersebut.
Dalam situasi dimana dump truck membutuhkan biaya untuk jalan, sang ibu bahkan harus mencari pinjaman ke tetangga atau kenalan. Tidak satu atau dua orang. Tapi, pinjaman dari beberapa orang karena angkanya berkisar antara lima ribu sampai sepuluh ribu rupiah. Uang itulah yang kemudian dijadikan modal awal untuk biaya operasional dump truck.

Masa sulit adalah saat dimana dump truck tidak bisa beroperasi atau tidak ada yang menyewa. Hingga muncul istilah: montor gak megawe, mentek!
Artinya, jika mobil itu sama sekali tidak bekerja, maka semua urusan jadi susah.

Keyakinan bahwa rencana Tuhan Yang Maha Kuasa adalah yang terbaik, tidak bisa hanya dilakukan dengan berdiam diri saja. Kesungguhan dalam melakukan pekerjaan, meski terasa berat, dilalui Kang Yudi.

Naik-turunnya kehidupan dunia usaha memberi Kang Yudi pelajaran baru. Bahwa, di dalam bisnis itu, tidak bisa seluruhnya atau seratus persen dinilai positif. Begitu pula sebaliknya, tidak bisa seluruhnya dinilai negatif.

Ada yang positif, ada pula yang negatif. Semua keadaan atau kahanan harus diterima. Karena itulah, menjaga pikiran dan tindakan agar selalu berada di jalur positif menjadi sangat penting. Dengan prinsip seperti ini, maka lingkungan sekitar yang tadinya negatif, pesimis atau kurang produktif, akan ikut terbawa ke dalam situasi yang lebih positif.

Inilah yang diyakini Kang Yudi sebagai kehendak dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Bahwa, manusia bisa saja membuat rencana terbaik. Tapi, rencana Tuhan lah yang pada akhirnya akan dijalani. Inilah kahanan atau keadaan. Bahwa, Tuhan Yang Maha Kuasa telah menciptakan alam, seluruh isinya, lengkap dengan rencana dan skenario-Nya.

Bak Truk Bertuliskan Timbul Jaya

Situasi mulai berubah, ketika bapaknya Kang Yudi mulai menjalin hubungan dengan seorang pengusaha yang cukup berhasil di Babat. Namanya Haji Tadi. Dengan keuangan yang cukup besar, Haji Tadi bisa memberikan pembayaran di awal.

Di sinilah Kang Yudi belajar tentang pentingnya kepercayaan sebagai faktor penting dalam membangun suatu usaha. Dengan itikad baik dan saling percaya, bisnis akan lebih mudah dibangun.

Persoalan mulai teratasi. Ibu Kang Yudi tidak lagi harus pontang-panting mencari pinjaman ke tetangga untuk operasional dump truck. Namun, omset harus tetap dikejar karena kebutuhan lain dalam operasional tambang juga harus dipenuhi.

Dari sini, usaha tidak lagi hanya mengandalkan pekerjaan dari orang. Kang Yudi mulai belajar untuk ikut tender atau mendapat pekerjaan sendiri. Hal ini sangat berpengaruh pada harga beli. Dengan mendapatkan tender langsung, harga bisa lebih bagus. Terutama margin keuntungan yang akan diperoleh.

Pekerjaan pertama diperoleh sekitar tahun 2001. Saat itu dibantu oleh seorang pengusaha bernama Haji Lasiman. Kang Yudi mendapatkan pekerjaan sub kontraktor secara langsung dari Haji Lasiman.
Kali ini, Kang Yudi tidak lagi bekerja sampingan sebagai anak sekolah yang bekerja karena ingin bisa mengendarai sepeda motor. Tidak. Kang Yudi terjun langsung. Karenanya, setelah lulus dari SMK, Kang Yudi secara total ikut membantu dan terlibat langsung dalam pekerjaan bersama bapaknya.

Selanjutnya, Kang Yudi mendapatkan pekerjaan langsung dalam proyek. Proyek pertama yang dikerjakan ada di wilayah Jenu, yaitu proyek milik CV Brata milik Haji Sajono. Nilainya cukup besar bagi Kang Yudi saat itu, antara 100-200 juta.

Namun, dalam pengerjaannya tidak semudah yang dibayangkan. Bahkan, dari proyek itu usaha Kang Yudi dan bapaknya malah mengalami kerugian.
Memang, orangtua Kang Yudi adalah pebisnis tradisional. Selama ini, pola kerja yang dilakukan hanya didasarkan pada ikatan kepercayaan, itikad baik dan komitmen saja.

Dengan keyakinan bahwa segala sesuatu datangnya dari Allah SWT, akhirnya Kang Yudi justru mendapatkan hikmah. Melalui pekerjaan dari Haji Sajono itulah Kang Yudi mendapatkan pelajaran tentang administrasi dan prosedur legal formal dalam suatu pekerjaan proyek.

Melalui putra Haji Sajono, usaha keluarga Kang Yudi saat itu mulai dikenalkan dengan pola usaha korporasi. Yang pertama dibantu adalah pembuatan Commanditaire Vennootschap atau CV. Sebuah unit usaha kecil yang memiliki badan hukum yang legal dan jelas.

Sebelumnya, usaha yang dikelola keluarga Kang Yudi masih berstatus UD atau Usaha Dagang. Prosedur dan legal formalnya masih sederhana. Karenanya, melalui CV inilah Kang Yudi sudah mulai bisa menawarkan dan mengembangkan usahanya.

Sebagai ketentuan yang harus dilakukan, setiap CV harus memiliki nama. Karena tidak mau rumit, digunakanlah nama yang ada di bak dump truck. Nama yang sudah tertulis di bak dump truck saat dibeli dulu, yaitu Timbul Jaya. Maka, jadilah CV Timbul Jaya sebagai usaha berbadan hukum pertama yang dimiliki oleh keluarga Kang Yudi.

Dengan keyakinan bahwa seluruh kahanan atau keadaan pada prinsipnya telah ditentukan oleh Allah SWT, Kang Yudi mulai memasuki dunia usaha. Setiap kesulitan, dijalani dengan ikhlas dan keyakinan bahwa selalu ada hikmah di baliknya.

Pelajaran kehidupan pun banyak diraih. Usaha yang dikelola Kang Yudi mulai mendapatkan pasar baru. Melalui sistem gethok-tular atau cerita dari mulut ke mulut, CV Timbul Jaya mulai mendapatkan pekerjaan-pekerjaan langsung.

Kini, di tahun 2019, Kang Yudi sudah memiliki 12 unit usaha. Tidak lagi bergantung pada penambangan batu kapur. Usaha-usaha Kang Yudi sudah meliputi berbagai pekerjaan fisik dan infrastruktur. CV Timbul Jaya pun, kini hanya menjadi satu diantara 12 unit usaha yang dikelola Kang Yudi.

Pengelolaan perusahaan pun dilakukan secara profesional. Prinsip-prinsip yang telah diyakini oleh Kang Yudi pada masa awal dan masa sulit memulai usaha, menjadi prinsip yang juga diterapkan di perusahaan: transparansi, kerja keras, melakukan aksi nyata, bekerja sesuai dengan job desk masing-masing.

Kang Yudi memiliki keyakinan dari perjalanan panjangnya menjalani usaha dari bawah. Yaitu, kesuksesan atau keberhasilan suatu usaha harus diawali dengan cara berpikir atau cara pandang terhadap persoalan.

Inilah yang disebut mind-set!

Jika dari awal usaha sudah dibangun dengan cara berpikir atau mind-set yang benar, maka ini akan menjadi modal awal yang besar untuk mencapai target dan keberhasilan.

Kini, unit usaha Kang Yudi sudah berkembang dan membesar. Unit terbesar ada di bidang AMP (Aspal Mixing Plan).

Selain itu, Kang Yudi juga memiliki perusahaan pembuatan beton. Ada juga usaha yang bergerak di bidang pekerjaan konstruksi. Kang Yudi juga memiliki usaha di bidang perbatuan, yaitu stone teaser dan lim stone.

Dari total 12 unit usaha tersebut, Kang Yudi telah memiliki dan melibatkan setidaknya 1.556 pekerja. Adapun omset yang dicapai, rata-rata per tahun bisa mencapai Rp 300 miliar.

Produksi dan operasional unit-unit usaha yang dimiliki Kang Yudi saat ini, banyak melayani sektor private, dan juga sebagai suplier pada korporasi-korporasi besar. Dalam beberapa pekerjaan infrastruktur, perusahaan Kang Yudi juga ikut mengerjakan beberapa proyek pemerintah.

Kesejahteraan Warga

Sepanjang usianya, Kang Yudi banyak menghabiskan waktu di Kabupaten Tuban. Mulai dari masa kecil, remaja hingga kini setelah menjadi pengusaha. Hari-harinya selalu berdekatan dan berurusan langsung dengan kehidupan masyarakat Tuban.

Kang Yudi adalah putra asli Dusun Penebusan, Tuban. Memulai usaha dari tukang angkat batu kapur dalam usia muda, mengurusi truk hingga saat ini mengurusi unit usaha yang telah membentuk korporasi skala besar.

Materi tentu tidak bisa dijadikan ukuran. Bagaimanapun, pencapaian Kang Yudi adalah proses yang membuatnya semakin yakin akan kekuasaan Allah SWT.

Bahwa, setiap kesulitan akan menghadirkan kemudahan. Setiap keihklasan atas ujian dan cobaan hidup, akan memberikan pelajaran tentang kebahagiaan. Setiap kasih sayang dan kedermawanan yang diberikan pada sesama, akan menguatkan tali persaudaraan.

Inilah yang membangun mind-set Kang Yudi saat menjalani tiap tahap dalam proses dinamika kehidupannya: kehidupan pribadi, keluarga, perkawanan, bermasyarakat hingga bernegara.

Ini pula yang menguatkan niat Kang Yudi, bahwa masyarakat Tuban, sesungguhnya memiliki peluang dan kesempatan untuk bisa meningkatkan kesejahteraannya. Mendapatkan kebahagiaan. Memperkuat persaudaraan. Diperlakukaan adil untuk meningkatkan taraf kehidupan perekonomiannya.

Sejarah Tuban telah menceritakan, bahwa wilayah ini pernah mengalami masa-masa gemilang. Meski pasang-surut dalam perjalanan sejarah, Kabupaten yang telah berusia hampir 726 tahun itu, pernah menjadi wilayah dengan kejayaan yang dicatatkan dalam cerita-cerita perjalanan dari negeri China di awal abad ke-11 masehi hingga 15 masehi.

Bahkan, jauh sebelum itu, Tuban juga telah diceritakan dalam sejarah sebagai tempat yang makmur. Menjadi jalur penting dalam distribusi logistik, terutama untuk perjalanan laut. Tuban, pernah memiliki pelabuhan yang strategis, dan membangun masa-masa kejayaannya.

Kang Yudi melihat dan yakin, bahwa kehidupan masyarakat dan wilayah di Tuban bisa lebih baik dari saat. Dalam pemikirannya, Tuban telah memiliki modal yang besar untuk bisa kembali ke masa kejayaannya.

Luas tanah di Kabupaten Tuban seluas 1.904,70 kilometer persegi. Panjang pantainya mencapai 65 kilometer. Kawasan utaranya berada di jalur pantai utara Pulau Jawa yang strategis. Juga, berada di kawasan deretan Pegunungan Kapur Utara.

Potensi besar lainnya, Kabupaten Tuban memiliki jumlah penduduk yang sudah mencapai sekitar 1,2 juta jiwa, dengan komposisi usia produktif yang lebih besar.

Tuban juga menjadi salah satu kota penting dalam penyebaran agama Islam di Tanah Jawa. Pernah menjadi pusat penyebaran Islam. Tuban memiliki situs-situs penting dalam sejarah penyebaran agama Islam. Ada makam Sunan Bonang. Ada makam Syeh Maulana Ibrahim Asmaraqandi. Ada makam Sunan Bejagung, dan lain-lain. Karenanya, sangat layak jika Tuban juga disebut sebagai Kota Wali.

Di samping itu, Kabupaten Tuban juga memiliki kekayaan budaya lokal. Selain para pengrajin batik, pengrajin meubel hingga pembuat minuman tradisional, Kabupaten Tuban juga memiliki kesenian daerah. Termasuk di dalamnya adalah kesenian Sanduran.

Keberagaman ini, adalah kekayaan yang dimiliki Kabupaten Tuban. Ini juga menjadi aset besar yang bisa dikembangkan untuk mencapai peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Tuban.

Ditambah lagi, Kabupaten Tuban merupakan salah satu wilayah dengan tujuan investasi yang tinggi. Data dari Dinas Penanaman Modal dan PTSP Provinsi Jawa Timur, menunjukkan bahwa Minat Lokasi Usaha PMA (Penanaman Modal Asing)

Berdasarkan Izin Prinsip di Jawa Timur Tahun 2017 setidaknya ada lima proyek investasi yang dikerjakan di Kabupaten Tuban. Nilai investasinya mencapai Rp 200 Triliun.

Angka ini bahkan di atas nilai investasi, dalam kategori yang sama, dari Kabupaten Situbondo yang nilai investasinya mencapai Rp 18 Triliun dan Kota Surabaya, yang nilai investasinya mencapai Rp 13 Triliun.

Potensi-potensi besar di atas, bukan saja menjadi harapan terjadinya perubahan pada peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat Kabupaten Tuban. Lebih dari itu, potensi-potensi itu merupakan modal yang seharusnya bisa dimanfaatkan dan digunakan seluas-luasnya untuk kepentingan rakyat banyak.

Namun, persoalan nyata yang dihadapi justru ada pada data tentang kemiskinan di Kabupaten Tuban. Hingga saat ini, prosentase penduduk miskin di Tuban masih ada di kisaran 15% dari total jumlah penduduk.

Ini menjadi tantangan serius. Sebagai bagian dari rakyat Tuban, Kang Yudi melihat bahwa ada persoalan yang harus diprioritaskan untuk mengatasi masalah ini. Yaitu, pemerataan kesejahteraan. Secara umum, Kang Yudi sendiri menilai bahwa pemerintah daerah selama ini telah melaksanakan tugasnya dengan baik.

Namun, harus diakui bahwa persoalan kemiskinan dan peningkatan taraf hidup masyarakat Kabupaten Tuban, masih membutuhkan keberanian dan kerja keras untuk mengatasinya.

Terutama, dalam membangun mind-set para pengambil kebijakan. Bahwa, distribusi yang merata atas kesejahteraan adalah faktor penting untuk mengurangi angka kemiskinan itu sendiri. (*) IM

Klik Magazine Versi PDF

Komentar

About Author /

Start typing and press Enter to search