Maigus: Mandiri Sejak Usia Muda
Panggil saja Maigus. Masih muda. Tahun ini, baru berusia 42 tahun. Tepatnya, dia lahir di tahun 1977, bulan Mei, di tanggal ke-26. Memimpin dan mendirikan perusahaan di berbagai daerah dan di pusat. Omsetnya mencapai puluhan miliar lebih.
Maigus Tinus Jamba Manti Batuah, nama lengkapnya. Ketika kecil, tak pernah berpikir bahwa kelak pada usia dewasanya, akan menjadi pengusaha sukses. Apalagi, dengan omset yang bahkan nilainya saja, saat itu tidak pernah dia bayangkan sama sekali.
Masa kecil Maigus hingga remaja, lebih banyak dihabiskan di kaki gunung talang di Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok. Melalui masa pendidikan dasar di SDN O1 Talang.
Selain pendidikan umum, pada masa ini juga belajar mengaji di surau/musholla. Kemudian, setelah pendidikan dasar selesai, Maigus melanjutkan pendidikan menengah di SMP Negeri 1 Talang, Kabupaten Solok.
Ketika lulus SMP, memilih melanjutkan pendidikan ke SMU Gunung Talang. Ia kemudian melanjutkan Pendidikan S-1 di Universitas Andalas Padang di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Maigus memiliki keyakinan teguh, bahwa hidup tidak bisa terus bergantung, perubahan nasib dan kesuksesan hidup dimulai dari membangun jiwa kemandirian dalam diri.
Maigus juga meyakini bahwa kita tidak bisa diam dan menyerah dengan keadaan, perubahan dapat diraih dengan perjuangan, kreativitas, dan kecerdasan membaca keadaan.
Lahir dari orangtua sebagai tokoh masyarakat. Bapaknya termasuk seorang yang dihormati, pejuang, tokoh adat, tokoh agama dan memiliki lahan pertanian yang sebagian besar digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga besar.
Amir Bay Datuk Meranjau adalah ayah Maigus, sangat terkenal, pribadinya dikenang dan dikenal oleh masyarakat sebagai figure yang ramah dan baik kepada masyarakat. Termausk tokoh adat yang taat beragama dan berpengaruh di nagari tempat Maigus dilahirkan.
Maigus lahir di lingkungan keluarga yang taat beragama, serta nagari yang teguh dalam memakai Adat yang bersendi syara’ dan syara’ bersendikan Kitabullah
Amir Bay Datuk Meranjau merupakan tokoh dan juga politisi, ia pernah menjabat sebagai ketua DPRD Kabupaten Solok untuk pertamakalinya bersamaan dengan Bupati pertama Kabupaten Solok.
Amir Bay selain dikenal sebagai tokoh agama juga termasuk bagian dari TNI di era masa penjajahan. Dahulu dikenal sering membebaskan sandera dari Belanda di era masa sebelum kemerdekaan.
Sebagai tokoh masyarakat Amir Bay juga dikenal pernah memiliki bisnis di bidang infrastrktur.
Ayah Maigus meninggal saat Maigus masih sangat muda, Maigus menjadi yatim sejak usia di bangku sekolah SD, ayah Maigus wafat dan beberapa tahun kemudian ibunya wafat saat Maigus masuk sekolah SMP.
Pasca meninggal kedua orang tuanya, Maigus bersama keluarga besarnya memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari awalnya mengandalkan bisnis infrastruktur (kontraktor) dengan meneruskan perusahaan peninggalan sang ayah.
Namun, iklim persaingan tidak memungkinkan hingga bisnis di bidang infrastruktur tidak bisa dilanjutkan kembali oleh keluarga besar Maigus.
Keluarga besar Maigus kemudian mengandalkan tanah dan lahan peninggalakan sang ayah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Sebagian tanah digadai untuk modal belanja bibit dan pupuk agar bisa menanam di lahan yang sebagian.
Sadar akan kebutuhan hidupnya, Maigus sejak SMA membangun jiwa kemandiriannya, ia berusaha berdagang, berdagang apa saja yang bisa dijual asalkan dapat keuntungan, meski sedikit.
Selesai dari bersekolah, Maigus biasa mencari kayu bakar, Maigus mengumpulkan kayu bakar di kebun-kebun warga dan dibeli seharga Rp. 50.000 per satu bak mobil. Maigus menjual kayu bakar tersebut seharga Rp. 150.000 per bak mobil. Dari situ Maigus memperoleh keuntungan atau laba bersih sekitar Rp. 50.000.
Laba tersebut belum tentu bisa diterima semuanya. Kebutuhan selalu ada di perjalanan, selain biaya transport untuk mobil juga kebutuhan untuk makan dan kebutuhan tidak terduga lainnya.
Maigus kemudian berdagang barang lainnya, ia berdagang barang apa saja yang dijual oleh warga, Maigus berperan sebagai calo bagi warga yang mau menjual barang. Maigus mulai belajar entrepreneur sebagai pemasar barang-barang warga kemudian ditawarkan dan dijual ke warga yang lain. Maigus dikenal warga cukup bagus dalam memasarkan barang, hampir setiap barang yang dipromosikannya laku terjual dengan harga maksimal.
Pengalaman ini terekam dalam ingatan Maigus. Dia ingat betul, bagaimana harus pergi ke hutan untuk menutupi kebutuhan keuangan dirinya sekedar hidup sehari-hari dan kebutuhan sekolahnya. Maigus harus berusaha keras, berpikir keras agar bisa menjual barang dagangan yang dipasarkan melalui dirinya.
Inilah alasan mula pertama Maigus menjalani hidup sebagai pedagang, entrepreneurship, Maigus terus bergelut di dunia bisnis dan perdagangan.
Keinginan Maigus memperoleh keuntungan dari berdagang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan biaya sekolahnya terus dijalankan.
Sejak itu Maigus mulai mandiri dengan hidup dan bersekolah dari hasil keringatnya berjualan kayu dan barang-barang titipan warga di sekitar Solok.
Sadar akan kebutuhan biaya hidup dan sekolah main tinggi, khususnya untuk memenuhi biaya kuliah S-1 di Universitas Andalas Padang, Maigus berpikir keras tentang komoditas atau barang apa yang bisa dijual.
Mengandalkan penjualan beras hasil bertani Maigus merasa sangat prihatin, Beras Solok kualitas bagus tapi tidak memberikan dampak pada penghasilannya sebagai petani yang sepantasnya.
Maigus melihat dan merasakan langsung bagimana nasib para petani sangat memprihatinkan.
Hasil bumi berupa beras Solok yang berkualitas unggul tidak memberikan berkah keuntungan yang semestinya bagi petani karena sistem cara perdagangan dan sistem mekanisme penjualan yang tidak memihak kepada petani langsung.
Maigus merasa punya tanggungjawab terhadap nasib petani, Maigus juga melihat ada peluang keuntungan menjual beras unggulan Solok.
Untuk memenuhi kebutuhan biaya kuliah dan kos di Padang Maigus mulai merintis menjual beras Solok, ia hidup dan kuliah dari hasil berdagang beras Solok saat akhir pekan, tepat saat Maigus libur kuliah.
Menaikkan Harga Jual Beras Solok!
Maigus dikenal supel, mudah bergaul dan mudah akrab. Selalu menimba ilmu dengan praktik langsung di lapangan, Kemampuannya dalam berdagang terus diasah dimanapun ia berada.
Ini kemudian menjadi sebuah prinsip yang dia jalani untuk membangun dan mengelola perusahaannya. Setiap orang, setiap divisi, setiap unit, atau siapa saja yang terlibat dalam suatu struktur pekerjaan di bawah tanggungjawabnya, selalu ia sapa dan selalu menjadi teman dekatnya.
Bagi Maigus, kedekatan emosional terhadap karyawan adalah cara efektif untuk membangun kerjasama yang kokoh di dalam bekerja mencapai tujuan Bersama dalam perusahaan. Tidak peduli kelas tidak peduli jabatan semua diperlakukan sama, saling menghargai dan menghormati dan kompak dalam mencapai tujuan Bersama.
Prinsip kerjanya adalah tidak pernah menyerah dan terus berusaha. Strategi, perancangan, perencanaan adalah salah satu cara untuk memulai proses dalam mencapai tujuan. Semuanya tidak ada artinya jika tidak dilaksanakan dengan tulus dan tekad yang kuat tanpa kenal menyerah dan terus berusaha.
Ya, Maigus memang belajar bisnis dari kehidupan nyata. Dimulai sebagai penjula kayu bakar, menjual barang titipan warga, dan menjual beras dan sayuran Solok ke Padang. Semua ia mulai dari sejak usia snagat muda, Maigus tidak mengeluh, tidak juga mudah menyerah dengan keadaan.
Bahkan, ketika pada masa kuliah S-1, saat situasi kebutuhan kualiah dan biaya hidup tinggi Maigus tidak pernah menyerah. Ia sempat terpaksa harus cuti beberapa semester dari kualiahnya di Universitas Andalas Padang karena faktor ekonomi.
Maigus mengambil jalan kembali berdagang, berdagang sayuran dan beras. Hasil sayuran dan beras warga Maigus kumpulkan lalu dijual kembali.
Maigus mulai terlibat dalam urusan bisnis utama di Kabupaten Solok, produk hasil bumi unggulan yaitu beras dan sayuran. Diusia muda ia mulai terlibat persoalan petani beras dan sayuran, dan penjualan beras petani Solok.
Maigus melihat betul bagaimana petani tidak bisa menjual beras dan sayuran dengan harga yang pantas dan pembayaran yang tepat waktu. Apa yang dialami petani Solok dialami juga oleh Maigus dan keluarga, ia tahu dan merasakan bagimana nasib petani Kabupaten Solok.
Sejak cuti dari kuliah, Maigus mulai terpanggil untuk berdagang sekaligus memecahkan masalah petani. Maigus membantu petani dengan mencarikan pembeli beras di Padang. Beberapa kali, Maigus ditolak karena took-toko yang ia datangi sudah diisi oleh para tengkulak.
Dalam situasi dimana Maigus kesulitan memasarkan beras ke took-toko Maigus tidak menyerah. Maigus mengambil jalan lain yaitu menawarkan beras solok langsung ke warung-warung makan. Usaha Maigus membuahkan hasil, ia mendapatkan pesanan beras solok dari warung makan, meski hanya 5-10 kilo saja.
Inilah masa-masa sulit Maigus dalam menjalankan niatannya membantu menaikkan harga beras petani, Tidak hanya itu Maigus juga harus berhadapan dengan para tengkulak beras. Banyak beras petani sudah dijual di tengkulak-tengkulak. Sebagai seorang pedagang beras baru di kampungnya, petani kampung Maigus sulit mempercayainya dengan menjual beras ke Maigus karena dibayar setelah beras laku terjual.
Maigus terus meyakinkan petani, sempat ia dicurigai membawa beras petani dengan tidak dibayarkan, karena Maigus tidak memiliki modal apapun. Maigus meyakinkan bahwa ia membeli beras petani dengan harga tinggi dibandingkan harga di tengkulak karena alasan yang kuat. Maigus meyakinkan ke petani bahwa ia menjual beras langsung ke pembeli, ia memotong mata rantai pasokan beras Solok ke Padang.
Hingga akhirnya Maigus dipercaya oleh petani Solok setelah Maigus melunasi seluruh pembelian berasnya ke petani setelah dijual ke Padang dan dibayar lunas.
Maigus mulai dipercaya petani, bisnis jualan beras Solok berjalan lancar. Hasil penjualan ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan kuliah dan biaya hidup dan tinggal di Padang. Selama 3 semester Maigus cuti menjadi penjual beras.
Artinya, Maigus saat itu mampu membantu menaikkan harga beras sekaligus juga membayar cepat hasil penjualannya di bandingkan penjual-penjualan sebelumnya melalui tengkulak yang dibayarkan tempo terkadnag lebih dari 1-3 bulan.
Keyakinan Maigus bahwa usaha tanpa kenal menyerah dan terus mencari jalan solusi adalah yang terbaik, tidak bisa hanya dilakukan dengan sekedar coba-coba. Kesungguhan dalam melakukan pekerjaan, meski kadang terasa berat, harus dilalui.
Liku-liku perjalanan hidup Maigus dan naik-turunnya kehidupan dunia usaha Maigus memberikan pelajaran baru. Bahwa, di dalam bisnis itu harus cerdas membaca situasi dan momentum.
Inilah yang diyakini Maigus sebagai kunci seorang entrepreneur atau seorang pengusaha cerdas. Bahwa, berbisnis itu selain kerja keras juga dibutuhkan niatan yang kuat tanpa kenal lelah. Dengan begitu peluang-peluang baru kesuksesan dengan sendirinya akan hadir bersama dengan usaha dan doa yang tulus.
Maigus dapat menyelesaikan kuliah S-1 di Fisip Andalas Padang, tantangan berikutnya muncul. Maigus harus memikirkan masa depannya, lulus S-1 tidak lantas membuat Maigus puas, ia merasa butuh banyak belajar lagi.
Merantau ke Ibu Kota Jakarta kemudian menjadi pilihan Maigus, tahun 2004 Maigus merantau ke Jakarta, ia menumpang di kontrakan kakaknya untuk awal tinggal di Jakarta.
Berjaya di Jakarta
Situasi mulai berubah, ketika Maigus merantau, Maigus mulai menjalin hubungan dengan lingkaran pebisnis Jakarta, tiap hari ia jumpai seorang pengusaha yang cukup berhasil di Jakarta. Pertemuannya dengan banyak pebisnis mengajarkan Maigus bagimana menjadi entrepreneur yang tangguh dan sukses.
Di sinilah Miagus belajar tentang pentingnya menjalin hubungan dengan orang lain sebagai faktor penting dalam membangun suatu usaha. Dengan itikad baik dan memberikan layanan yang baik dan klien percaya, bisnis akan lebih mudah dibangun.
Maigus mulai menemukan ritme dan arah hidupnya. Ia tidak lagi harus menjual atau berdagang apa saja seperti dahulu. Namun, cara kerjanya mulai terstruktur, ada target yang harus dikejar. Ada prestasi yang harus dicapai.
Maigus mengawali karir di Jakarta sebagai sales salah satu perusahaan di bidang keuangan. Maigus bertemu dengan pengusaha-pengusaha elit Jakarta, mempresnetasikan dan menawarkan produknya.
Dari sini, Maigus banyak menimba ilmu bagaimana menjadi seorang entrepreneur. Penolakan, pengusiran, diremehkan, hingga presentasi tidak dianggap sudah menjadi hal biasa bagi Maigus.
Rintangan itu tidak membuas Maigus patah arang, Darisini Maigus mulai belajar untuk terus meyakinkan calon klien. Kebahagiaan Maigus adalah saat usahanya berhasil mendapatkan klien untuk perusahaannya.
Inilah pekerjaan pertama yang diperoleh Maigus sejak pertama di Jakarta. Maigus dibantu oleh mentornya di perusahaan tempat ia bekerja.
Kerja keras Maigus membuahkan hasil, ia berhasil mencapai target yang ditetapkan oleh perusahaan tempat Maigus bekerja. Maigus mendapatkan pujian dan penghargaan. Perusahaan memberikan Maigus hadiah bonus kendaraan Yamaha Crypton. Inilah motor pertama Maigus.
Masih segar dalam ingatan Maigus hingga sekarang, ia merasa sangat senang akhirnya bisa memiliki sepeda motor.
Selanjutnya, tahun 2005 di tahun kedua ia bekerja Maigus sukses dengan target perusahaan, perusahaan mendapatkan keuntungan yang sangat besar.
Perusahaan memberikan bonus atau komisi besar, tidak tanggung-tanggung Maigus dihadiahi satu unit mobil Suzuki karimun baru. Sebuah komisi yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Maigus langsung saja membawa mobil hadiah tersebut, ia supiri sendiri, inilah pertamakalinya Maigus memegang kendaraan roda 4. Ia memberanikan diri menyetir mobil di jalanan tanpa terlebih dahulu belajar menyetir. Akibatnya bisa ditebak, Maigus dimarahi banyak orang dijalanan karena cara nupirnya yang masih tidak tenang dan menimbulkan keresahan pengendara yang lain. Bahkan Maigus sempat dimarahi salah satu pengendara sepeda motor karena hampir ia tabrak. Inilah kenekatan Maigus, ia masih terus mengenang peristiwa itu hingga sekarang.
Sukses dengan pekerjaannya, Maigus dipercaya oleh perusahaan di tahun ketiga ia bekerja 2006. Maigus mendapatkan promosi sebagai Presiden Manajer perusahaan. Jabatan yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya pada saat itu.
Sukses menjadi Presiden manajer, perusahaan berkembang pesat. Maigus dipromosikan sebagai Branch Manager. Perusahaan mendirikan cabang di Kota Surabaya. Maigus pindah ke Surabaya dan membesarkan perusahaan cabang Surabaya.
Inilah pertamakalinya Maigus memegang kendali sebuah perusahaan. Maigus sukses membangun perusahaan cabang di Surabaya. Ia berhasil bekerjasama dan menjalin kontrak dengan perusahaan BUMN dan swasta yang cukup terkenal dan besar di Jawa Timur.
Tahun 2007 Maigus tidak lagi bekerja di perusahaan. Maigus memilih merintis perusahaan sendiri. Ia mendirikan perusahaan sendiri. Maigus belajar secara otodidak membangun perusahaannya.
Berbekal pengalamannya, Maigus meyakini ia akan berhasil dengan perusahan yang ia rintis. Akhirnya Maigus berhasil dan mendapatkan suksesnya.
Maigus tidak lagi menjadi karyawan, ia menjadi pengusaha muda di Jakarta. Maigus tidak kesulitan membesarkan perusahaannya tidak butuh waktu lama Maigus mendapatkan klien.
Perusahaan swasta ternama banyak menjadi kliennya. Hingga saat ini ia terus mengembangkan usahanya dan membangun cabang di berbagai daerah. Ia dirikan 4 unit perusahaan di Jakarta, kemudian perusahaan di Bali, Kalimantan, Riau, dan sebagainya.
Kurang lebih ada 11 perusahaan yang dikelola oleh Maigus tersebar di berbagai wilayah.
Dari total 11 perusahaanya tersebut, Maigus telah memiliki dan melibatkan setidaknya ratusan pekerja. Adapun omset yang dicapai, rata-rata per tahun bisa mencapai puluhan miliar.
Usaha Maigus banyak melayani sektor private, dan juga BUMN dan korporasi-korporasi besar. Dalam beberapa pekerjaan perusahaan Maigus ikut terlibat dalam projek berskala internasional. Maigus menjalin kerjasama dengan pihak-pihak perusahaan luar negeri yang ada di Indonesia.
Filosofi Sukses
Maigus banyak menghabiskan waktu kecil, dan dewasa belajar di Kabupaten Solok. Mulai dari masa kecil, remaja hingga sarjana. Hari-harinya selalu berdekatan dan berurusan langsung dengan kehidupan masyarakat Kabupaten Solok.
Maigus adalah putra asli di Nagari yang terletak tepat di kaki Gunung, tepatnya Gunung Talang, Kabupaten Solok. Memulai usaha dari berjualan kayu bakar di usia muda, menjual beras ke Padang, hingga saat ini mengurusi perusahaan dan cabang-cabangnya yang telah membentuk menjadi korporasi skala besar, perusahaan skala nasional.
Materi tentu tidak bisa dijadikan ukuran. Bagaimanapun, pencapaian Maigus saat ini adalah proses yang membuatnya semakin yakin akan kekuasaan Allah SWT. Bahwa, setiap kesulitan akan menghadirkan kemudahan. Setiap keihklasan dalam bekerja dan berusaha akan memberikan pelajaran secara bertahap tentang bagaimana kesuksesan itu diraih. Setiap langkah yang dijalankan akan memberikan pembelajaran dan mengatkan kea rah puncak keberhasilan.
Inilah yang membangun prinsip mendasar hidup Maigus saat menjalani tiap tahap dalam proses dinamika kehidupannya: kehidupan pribadi, keluarga, pendidikan, berdagang, bermasyarakat hingga bernegara.
Ini pula yang menguatkan niat Maigus, bahwa masyarakat Kabupaten Solok, sesungguhnya memiliki peluang dan kesempatan untuk bisa meningkatkan kesejahteraannya. Mendapatkan kebahagiaan. Meningkatkan kualitas SDM. Diperlakukaan secara adil untuk meningkatkan taraf kehidupan perekonomiannya. [YM]
Klik Magazine Versi PDF
Komentar