Achmad Baidowi: Dari Pesantren Ke Parlemen
Nampaknya sudah melekat dalam dirinya karakter santri dan nilai-nilai pesantren.
Hidup dengan kesederhanaan, selalu ceria, religius, peduli, ramah dengan semua orang dan tetap tawadhu meski saat ini menduduki jabatan bergengsi di Parlemen.
Ya, Achmad Baidowi namanya, biasa dipanggil Awi. Anggota Komisi VI DPR RI, yang juga menjabat sebagai wakil ketua Baleg DPR RI 2019-2024. Awi adalah salah satu politisi santri dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (F-PPP) yang pada pemilu 2019 meraih 10 besar suara terbanyak dengan perolehan 227.170 suara.
Sebagai santri ia termotivasi untuk menjadi pribadi yang terus bisa berdakwah, memberikan kemanfaatan dan keberkahan bagi banyak orang. Jalur politik ia pilih, setelah sebelumnya banyak berkegiatan di organisasi dan di dunia pers sebagai wartawan Koran Sindo (2006-2013).
Lahir di Banyuwangi, 13 April 1980 dari pasangan Durahim dan Ramna, Awi sejak kecil hidup di lingkungan santri, diasuh oleh H. Amirudin – Hj. Noersaedah yang masih paman dan bibinya. Tumbuh dan besar di lingkungan religius karena H. Amirudin merupakan guru ngaji dan imam masjid di Dusun Tegalgondo, Desa Kajarharjo, Kecamatan Kalibaru, sekaligus aktivis NU di tingkat ranting.
Awi merupakan alumnus pesantren Ponpes Darul Ulum Banyuanyar Pamekasan Madura. Ia menjadi santri sepanjang tahun 1995-1998. Meneruskan sebagai guru tugas di pesantren selama 1999-2000.
Tak heran jika Madura khususnya Pamekasan adalah salah stau basis wilayah pendukungnya. Di dapilnya Awi mampu mempertahankan partai PPP walau dihantam badai dan musibah politik bertubi-tubi.
Mulai dari tersandera mendukung Ahok, hingga perpecahan internal PPP, dan terakhir musibah partai ka’bah jelang sebulan pencoblosan Pileg 2019 dengan ketua umum PPP menjadi tersangka KPK.
Awi bersinggungan dengan politik sejak era 1997-an saat kampanye PPP dan 1999. Kemudian ketertarikannya di dunia politik semakin menguat semasa menjadi wartawan, ia bertugas di DPR, Partai Politik, hingga Balai Kota DKI Jakarta. Ia banyak belajar dari proses tersebut.
Sejak 2011 Awi memutuskan berada di struktur partai PPP yaitu sebagai ketua Departemen Hubungan Media DPP PPP. Bertugas mengelola isu-isu penting dan pengelolaan opini publik kaitannya dengan partai PPP. Ia juga menjadi Tenaga Ahli Ketua Komisi IV DPR (2013-2014).
Sebagai santri Awi termotivasi untuk menjadi pribadi yang terus bisa berdakwah, memberikan kemanfaatan dan keberkahan bagi banyak orang. Jalur politik ia pilih, setelah sebelumnya banyak berkegiatan di organisasi dan di dunia pers.
kursi DPR RI hanya sebagai wadah alat perjuangnnya sebagai santri untuk terus berdakwah, mewakafkan hidupnya untuk keberkahan dan kemanfaatan bagi ummat Islam dan bangsa Indonesia.
Pada Pemilu 2014 untuk pertama kalinya Awi memutuskan maju ikut kontestasi Pileg. Di Pemilu pertamanya ia sukses memperoleh dukungan 82.050. Perolehan suara besar yang belum bisa mengantarkan dirinya di kursi parlemen. Sebelum akhirnya ia dilantik menjadi DPR RI pada 28 Juli 2016 menggantikan Fanny Safriansyah (Ivan Haz).
Ahmad Baidowi, boleh dibilang sukses diusia muda. Namun, sukses karirnya tidak diperoleh dengan cara instan. Sejak dibangku SMP Awi sudah aktif berorganisasi di IPNU, selama di pesantren ia aktif di Organisasi Nadwah Iqro (ONI), berorganisasi di HMI semasa kuliah, aktif di lembaga pers dan penerbitan, menjadi jurnalis hingga redaktur, Forum Alumni Pesantren Banyuanyar, dan Pengurus Pusat ICMI dan menjabat anggota dewan pembina PP IPNU 2018-2022
Ayah dari empat anak ini memiliki ketertarikan politik sejak ia terlibat dalam kampanye partai PPP tahun 1997 dan 1999. 2011 ia masuk dalam struktur DPP PPP. 2016 menjadi Wasekjen PPP.
Pada Pilpres 2014 ia didapuk sebagai kordinator relawan garuda merah PPP untuk wilayah Jatim, Jateng dan DIY.
pada 2019 ia dipercaya sebagai Wakil Sekretaris Lajnah Pemenangan Pemilu PPP dan pada Pilpres 2019 kemaren Awi dipercaya sebagai Wakil Direktur saksi pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin.
Di kepengurusan DPP PPP sendiri, saat ini Awi dipercaya sebagai Ketua DPP PPP Bidang Fungsional 2021-2026. Sementara di organisasi NU, ia menjadi anggota A’wan PWNU DKI Jakarta untuk periode 2021-2026. Bahkan ia saat ini juga menjabat sebagai Ketua Umum PP GMPI periode 2021-2026.
Baginya, capaian yang diraih saat ini patut ia syukuri. Sebagai politisi santri, millenial, muda, memiliki basis pendukung yang kuat. Bentuk syukur yang ia lakukan adalah selalu tampil di ruang publik merespon isu kebangsaan dan menyuarakan aspirasi ummat Islam.
Tak jarang pula ia bersikap kritis terhadap segala kebijakan dan memperjuangkan aspirasi rakyat dan ummat Islam.
Karena baginya kursi DPR hanya sebagai wadah alat perjuangnnya sebagai santri untuk terus berdakwah, mewakafkan hidupnya untuk keberkahan dan kemanfaatan bagi ummat Islam dan bangsa Indonesia.
Karenanya ia selalu bilang pada yang berkunjung di kantornya, ini ruang rakyat, disini kantornya rakyat, milik ummat. Tugas saya menjaga, mengawal dan memastikan suara ummat sampai pada tujuannya.[YM]
.
Klik Magazine Versi PDF
Komentar