Kristen Evangelis dan Meningkatnya Dukungan Palestina di AS

Bulan Mei 2021 Israel umumkan gencatan senjata setelah memborbardir Gaza selama 10 hari dan membunuh 253 warga Palestina, termasuk 66 anak-anak. Di tengah hancurnya infrastruktur penting di Gaza. Presiden Amerika, Joe Biden menyebut serangan Israel sebagai bentuk pembelaan diri.

Joe Biden (Presiden Amerika)

Di sini terlihat jelas bahwa sikap Biden terhadap konflik Israel-Palestina ternyata tidak jauh berbeda dengan sikap Donald Trump.

Bisa dikatakan bahwa posisi Biden saat ini lebih menunjukkan pada sikap Zionis Kristen yang pro terhadap Israel.

Serangan Israel terhadap wilayah pemukiman dan rumah-rumah ini telah menyebabkan 74, 000 warga Gaza tidak memiliki rumah. Beberapa bangunan sipil juga rusak, termasuk di antaranya sekolah, bank, klinik, pos polisi dan lain-lain. Lebih parah lagi, jet tempur Israel membombardir infrastruktur-infrastruktur penting bagi warga. Akibatnya, jalanan rusak, instalasi listrik dan air pun hancur.

Di antara korbannya ialah anggota keluarga yang diserang jet tempur Israel saat sedang nyenyak tidur di dalam rumah. Keluarga Abu Hatab terbunuh di rumahnya di Kamp Pengungsian Shati pada 14 Mei 2021. Sehari setelahnya, pasukan udara Israel menyerang al-Wehda Street di Gaza yang menewaskan satu keluarga al-Kulak.

Dukungan Kristen Evangelis

Mantan Duta Besar Israel untuk Amerika Serikat Ron Dermer baru-baru ini mendesak Israel untuk tetap menerima dukungan orang-orang Kristen evangelis Amerika daripada orang-orang Yahudi Amerika.

“Semua orang harus memahami bahwa tulang punggung dukungan untuk Israel di Amerika Serikat adalah orang-orang Kristen evangelis,” jelasnya sambil menunjuk pada fakta bahwa kaum evangelis Kristen berjumlah sekitar seperempat orang Amerika sementara orang Yahudi berjumlah kurang dari dua persen.

Dia juga mencatat bahwa “sangat jarang” kaum evangelis Kristen mengkritik kebijakan-kebijakan Israel. Sementara itu, orang-orang Yahudi Amerika sendiri malah ” sering mengkritik Israel secara tidak proporsional “.

Memang, orang-orang evangelis kulit putih adalah para pendukung utama Donald Trump. 81 persen pendukung Trump pada tahun 2016 yang memilihnya sebagai presiden AS ialah orang-orang evangelis Kristen.

Trump memanjakan hasrat politik orang-orang Kristen evangelis Amerika melalui dukungannya yang nyata terhadap semua kebijakan Israel tentang Palestina.

Misalnya, Trump mendukung pemindahan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem dan secara gigih mendesak percepatan pembangunan permukiman Israel di wilayah Palestina, terutama di Tepi Barat dan Dataran Tinggi Golan.

Meskipun menggunakan retorika yang sangat singkat dan tidak terlalu berenergi untuk mendukung Israel dan meski telah memberikan bantuan kemanusiaan untuk Palestina, posisi Presiden Biden saat ini sebenarnya tidak menunjukkan pergeseran yang berarti dari sikap Trump sebelumnya.

Dengan demikian, sikap Biden lebih mencerminkan dukungan kaum evangelis terhadap Israel.

Pastor John Hagee

Khutbah Hagee

Dukungan kelompok evangelis Kristen kepada Israel ditampilkan secara penuh dalam khotbah baru-baru ini oleh John Hagee, pendeta senior di Cornerstone Church di San Antonio, Texas.

Meskipun awalnya akan menyampaikan khotbah soal pernikahan dan komitmen pasangan pada hari Minggu, 16 Mei 2021 Hagee mengalihkan tema khotbahnya ini menjadi khotbah berjudul “Perang untuk merebut Yerusalem” sebagai responsnya terhadap peristiwa di Palestina

Dalam khotbahnya, Hagee menyampaikan pokok pembicaraan yang laris manis diperbincangkan oleh Zionis Kristen.

Hagee menekankan gagasan bahwa Tuhan memberikan tanah kepada orang-orang Yahudi, bahwa orang-orang Yahudi adalah “biji mata Tuhan”, dan bahwa ketika Yesus kembali dia akan memerintah bumi dari Yerusalem. “Aku merindukan hari itu,” kata Hagee.

Hagee merupakan pendiri dan ketua nasional Persatuan Kristen untuk Israel, organisasi utama Zionis Kristen AS yang memiliki 10 juta anggota.

Sekitar 80 persen evangelis mendukung Zionisme Kristen yang memiliki keyakinan bahwa negara Israel modern yang berdiri saat ini merupakan nubuatan Alkitab, yaitu gagasan bahwa 4.000 tahun yang lalu Tuhan menjanjikan tanah itu kepada orang-orang Yahudi, yang akan memerintah sampai Yesus kembali ke Yerusalem dan mendesak orang Yahudi untuk masuk Kristen atau jika tidak mereka akan dikirim ke neraka.

Hagee juga menyalahkan Hamas dalam kekerasan terbaru dan menyatakan bahwa Rusia dan Iran secara sengaja menempatkan Hamas untuk membuat kekacauan di Israel dan Palestina.

Ia menekankan bahwa Rusia dan China sedang bekerja untuk mendorong Amerika keluar dari Timur Tengah. “Ini adalah tantangan langsung bagi Amerika dalam membela Israel,” katanya.

Perang Israel Palestina

Sikap Biden lebih mencerminkan dukungan kaum evangelis terhadap Israel.

Ia juga memperingatkan bahwa jika Amerika Serikat tidak mendukung Israel, Tuhan tidak akan mendukung Amerika Serikat.

Ayat-ayat Injil digunakan untuk membela Israel yang di dalamnya menyatakan bahwa hal-hal yang baik – seperti keuangan dan kesejahteraan fisik – adalah berkat Tuhan yang diperuntukkan bagi mereka yang “memberkati Israel”.

Hagee mengkritik Biden dan pemerintahannya selama khotbah, menyindir bahwa Biden selalu lemah terhadap Palestina.

Hagee juga melihat bahwa kepemimpinan AS saat ini “mencoba membuat kita melupakan Tuhan”. Sebaliknya, ia memuji mantan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, seorang Zionis Kristen, sebagai “orang Kristen yang berdedikasi” dan “hamba Tuhan yang luar biasa”. “Pompeo adalah tipe orang yang kita butuhkan dalam kepemimpinan nasional,” kata Hagee dalam komentar sebelum khotbah, “bukan seseorang yang bersembunyi di ruang bawah tanah sepanjang waktu.”

Namun, meski mengkritik Biden, Hagee tidak mengkritik respons Biden terhadap peristiwa serangan Israel ke Palestina.

Jadi tidak mengherankan, bila respons pemerintahan Biden terkait serangan Israel ke Palestina hanya datar-datar saja dan secara umum polanya masih sama dengan Trump. Dan memang, AS sampai saat ini sama seperti kebijakannya di masa lalu kepada Israel, memberikan dukungan kuat terhadap negara Zionis ini.

Jadi tak aneh, jika Biden melihat kekerasan yang dilakukan Israel ke Jalur Gaza sebagai “hak untuk membela diri” dari serangan Hamas. Biden lebih memilih membingkai serangan tersebut sebagai bentuk pembelaan diri daripada membingkainya sebagai proyek kolonialisme Israel dan proyek pembersihan etnis terhadap orang-orang Palestina.

Biden juga seolah menganulir pernyataan Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata di Gaza dan mengkritik pengusiran yang dilakukan Israel atas warga Palestina di Yerusalem Timur. Selain itu, pemerintahan Biden menyetujui $ 735 juta penjualan senjata ke Israel.

Banyak analis termasuk Noura Erakat, Mariam Barghouti, Yara Hawari, dan Rashid Khalidi menyebut peristiwa di Israel-Palestina baru-baru ini sebagai peristiwa terbaru ekspansi Israel, proyek pemukim-kolonial Zionis yang bertujuan untuk merampas tanah orang Palestina dan tanah Yahudi yang berada di antara Sungai Jordan dan Laut Mediterania.

Sebuah proyek yang bertentangan dengan hukum internasional.

Percobaan pengusiran orang Palestina dari rumah mereka di lingkungan Yerusalem Timur Sheikh Jarrah untuk memberi jalan bagi pendudukan Israel di wilayah tersebut.

Penggerebekan massa Palestina yang dilakukan pasukan keamanan Israel di Masjid Al-Aqsa; dan serangan Israel di Jalur Gaza, yang menewaskan sedikitnya 248 warga Palestina, termasuk 66 anak-anak.

Di pihaknya, Israel juga melaporkan 12 orang tewas, termasuk dua anak, akibat tembakan roket yang dilakukan Hamas.

Tentu saja, Zionis Kristen melihat situasinya dengan sudut pandang yang berbeda atas kjadian tersebut.

Alexandria Ocasio-Cortez,
Anggota Parlemen AS dari Partai Demokrat

Dukungan Partai Demokrat

Terlepas dari sikap Biden yang lebih pro terhadap Israel ini, ada pergeseran kuat di tubuh partai Demokrat di AS yang saat ini mulai mendukung hak-hak Palestina.

Alexandria Ocasio-Cortez memperkenalkan resolusi DPR untuk memblokir penjualan senjata AS ke Israel.

Senator Bernie Sanders juga melakukan hal yang sama di Senat.

Betty McCollum juga mengajukan undang-undang yang melarang AS mendanai pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan Israel.

Rashida Tlaib dan Ilhan Omar sebagai anggota DPR AS dengan tajam mengkritik respons Biden terhadap peristiwa serangan Israel ke Gaza.

Kerjasama yang efektif dan berkelanjutan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok pro-Palestina seperti Mahasiswa untuk Keadilan di Palestina, Kampanye AS untuk Hak-Hak Palestina, dan Suara Yahudi untuk Perdamaian, serta kerja sama antara para pendukung Palestina dan gerakan-gerakan seperti Black Lives Matter di AS telah membantu memastikan dukungan terhadap Palestina ini terus berlanjut.

Sementara itu, meski mungkin posisinya tidak secara langsung mendukung pemerintahan Biden, Zionisme Kristen yang dipimpin Haggee ini akan menghadapi kegagalan demi kegagalan dalam usahanya untuk mendukung Israel.

Cepat atau lambat gerakan yang mendukung Palestina akan semakin besar dan tak terbendung. [ABDULAZIS]

Zionisme Kristen yang dipimpin Haggee ini akan menghadapi kegagalan demi kegagalan dalam usahanya untuk mendukung Israel.

Klik Magazine Versi PDF

Komentar

About Author /

Start typing and press Enter to search