Ethiopia Terancam Kelaparan
Ratusan Ribu Orang di Wilayah Tigray Ethiopia Terancam Kelaparan dan Jutaan Orang dalam Bahaya
Akibat konflik berkepanjangan yang terjadi di Ethiopia, sedikitnya sekitar 350 ribu orang di Tigray terancam kelaparan dan jutaan orang lainnya dalam kondisi bahaya.
Laporan PBB pada Kamis (10/06) mengungkapkan sebagian besar dari 5,5 juta orang di provinsi Tigray, Ethiopia membutuhkan bantuan makanan.
Hasil sebuah analisis dari Analisis Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC), yang diterbitkan pada Kamis (10/06), mengatakan 350.000 orang di Ethiophia hidup dalam fase “bencana” indeks yang paling akut.
Dilaporkan sekitar 3,1 juta orang di Ethiophia yang kondisinya kekurangan pangan telah mencapai tingkat “krisis” dengan sekitar 2,1 juta orang hidup dalam kondisi “darurat”.
“Krisis parah ini diakibatkan oleh efek konflik yang berjenjang, termasuk perpindahan penduduk, pembatasan pergerakan, akses kemanusiaan yang terbatas, hilangnya panen dan aset mata pencaharian, dan pasar yang tidak berfungsi atau tidak ada sama sekali,” Diuraikan dalam laporan tersebut.
Menanggapi kondisi tersebut, badan-badan dalam PBB mengatakan krisis pangan di Tigray merupakan peristiwa terburuk sejak kelaparan melanda Somalia pada tahun 2010-2012, yang menewaskan lebih dari seperempat juta warga.
Pertemuan G7
Pada pertemuan virtual G7, Kepala Kemanusiaan PBB Mark Lowcock mengatakan ratusan ribu orang di Tigray Ethiophia mengalami kelaparan.
Lowcock memperingatkan bahwa “kondisi ini akan menjadi jauh lebih buruk,” seraya mengatakan “yang terburuk masih dapat dihindari” apabila ada tindakan yang diambil segera.
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, Program Pangan Dunia PBB, dan UNICEF pada Kamis (10/06) memperingatkan bahwa dua juta orang lainnya di Tigray “terancam tewas jika kelaparan terus terjadi.”
Lowcock menyesalkan fakta bahwa beberapa badan kunci PBB yang berusaha membantu, justru “pada dasarnya tidak punya uang.
“Kami benar-benar membutuhkan semua orang untuk membantu,” katanya.
Krisis parah ini diakibatkan oleh efek konflik yang berjenjang, termasuk perpindahan penduduk, pembatasan pergerakan, akses kemanusiaan yang terbatas, hilangnya panen dan aset mata pencaharian, dan pasar yang tidak berfungsi atau tidak ada sama sekali
Laporan IPC
Sementara itu, David Beasley, Kepala Program Pangan Dunia PBB, mengatakan banyak orang, terutama di daerah pedesaan, tidak dapat menerima bantuan karena kelompok bersenjata memblokir akses jalan.
Badan-badan tersebut menyatakan kesiapannya untuk memberikan bantuan, tetapi pertama-tama mereka membutuhkan akses ke wilayah yang hancur akibat konflik.
“Jika konflik semakin meningkat atau karena alasan lain dan bantuan kemanusiaan terhambat, sebagian besar wilayah Tigray akan berisiko kelaparan.” Kata David Beasley.
Jika konflik semakin meningkat atau karena alasan lain dan bantuan kemanusiaan terhambat, sebagian besar wilayah Tigray akan berisiko kelaparan
David Beasley, Kepala Program Pangan PBB
Tolak Kelaparan
Namun, Menteri Luar Negeri Ethiopia Demeke Mekonnen menolak laporan PBB itu sebagai disinformasi.
Sejak pengambilalihan Mekele oleh pasukan pemberontak dari Tigray, jaringan komunikasi di kawasan tersebut terputus lagi, dan sebagian besar jalan di wilayah itu telah diblokir. Selain itu, makanan juga kurang.
Secara total, lebih dari lima juta orang sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan menurut PBB. Yang membuat khawatir para orang tua, mereka tidak mendengar kabar anak-anak mereka yang belajar di wilayah tersebut.
Mahasiswa Terancam Kelaparan
Mahasiswa di empat universitas negeri di kawasan itu tidak lagi memiliki sarana untuk berhubungan dengan keluarga mereka.
Jadi mereka berkumpul hari Jumat (24/07/2021) ini di depan kantor PBB di Addis Ababa. Mereka menyerukan intervensi PBB yang mendesak untuk evakuasi para mahasiswa. Pihak universitas meminta pemerintah untuk bertindak
Pada awal bulan, Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan Tinggi menegaskan melalui Facebook bahwa para mahasiswa mengikuti mata kuliah mereka secara normal.
Tetapi pada hari Kamis, Universitas Mekele mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan. Meskipun didanai oleh pemerintah Ethiopia, lembaga tersebut mengatakan belum menerima dana untuk tahun ini dan kehabisan uang untuk memberi makan para mahasiswa.
Karena, rekening bank diblokir, pembelian makanan tidak dapat dilakukan. Universitas ini menetapkan tidak akan lagi dapat mengurusi mahasiswa mulai 27 Juli.
Universitas meminta pihak berwenang Ethiopia untuk menyelesaikan situasi sebelum tanggal ini. Baik dengan mentransfer uang yang diperlukan, atau dengan mengirimkan bus untuk mengevakuasi para siswa dari Tigray.[ABDUL AZIS]
KLIK Magazine Versi PDF
Komentar