Umi Wahidah: Muslimah Single Parent, Pengasuh Pesantren Gratis dengan Ribuan Santri

Tidak mudah, menjadi seorang pengasuh Pondok Pesantren dengan belasan ribu santri, dan menggratiskan seluruh biaya santri. Belum lagi harus menjadi seorang single parent dengan mengasuh 7 (tujuh) anak.

Umi Wahidah Bersama Santri Pon Pes Nurul Iman

Namun, bagi umi Wahidah justru itu dijadikan sebagai ladang berdakwah dan beribadah juga menjadi wadah tempat berjuang mengabdi sebagai hamba Alloh SWT.

Semua itu tidak menghalanginya menjadi seorang sosok muslimah Indonesia yang inspiratif bagi ummat dan juga penuh dengan prestasi.

Ya, ia adalah Umi Wahidah, pengasuh Pondok Pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman, Parung, Bogor Jawa barat. Umi Wahidah merupakan istri al-Habib Saggaf bin Mahdi Bin Syekh bin Abu Bakar bin Salim (almaghfurlah) yang sebelumnya pengasuh Pesantren Nurul Iman.

Sebagai pengasuh Pondok Pesantren Nurul Iman, Umi Wahidah bertekad melanjutkan pesan suaminya almarhum Habib Saggaf di tahun 2010.

Sebelum wafat, Habib Saggaf berpesan agar pesantren Nurul Iman tetap gratis sampai kiamat. Berbekal amanah Habib Saggaf, Umi Wahidah bercita-cita menjadikan Yayasan Al Ashriyah Nurul Iman Islamic Boarding School menjadi moda lembaga pendidikan gratis tapu juga berkualitas.

Tekad Umi Wahidah membuahkan hasil, pesantren Nurul Iman hingga kini terus eksis, dengan santri jumlahnya ribuan mulai dari level pendidikan Paud hingga Perguruan tinggi dan semua dijalankan secara gratis tanpa mengurangi kualitas. Beragam prestasi diraih oleh santri-santri Nurul Iman di kancah nasional dan internasional.

Umi Wahidah

Sebelum wafat, Habib Saggaf berpesan agar pesantren Nurul Iman tetap gratis sampai kiamat.

Umi Wahidah

Perjalanan Umi Wahidah

Umi Wahidah lahir di Singapura 14 Januari 1986 dari pasangan Ibu Safinah binti Abdurrahman dan Bapak Abdurrahman bin Adanan. Umi Wahidah putri pertama dari empat bersaudara.

Semasa kecilnya Umi Wahidah hidup dan tinggal di Singapura, di sebuah kota modern I Queens Town Singapura. Ia termasuk perempuan yang cerdas dan banyak meraih prestasi dari sejak masa sekolahnya. meraih olimpaide fisika, tari melayu hingga cabang olahraga.

Umi Wahidah menyelsaikan pendidikan di Singapura yaitu di Scondary School dan melanjutkan pendidikan Resent Girl School dengan konsentrasi jurusan baha Inggris level cambridge.

Selesai studi di Singapura, Umi Wahidah memutuskan melanjutkan studi dengan nyantri di pesantren.

Umi Wahidah menjadi santri Pondok Pesantren Darul Ulum International School di Surabaya dan menjadi murid almarhum Syaihk Habib Saggaf (suami umi wahidah).

Di pesantren Darul Ulum Surabaya Umi Wahidah banyak belajar kitab kuning, bahkan Umi Wahidah berhasil menerjemahkan kitab kitab kuning yang ia pelajari lalu ditranslae ke dalam bahasa Inggris. Semasa di Pesantren Darul Ulum Umi Wahidah juga melakukan kegiatan menghafal Al Quran.

Tepat pada 5 Mei 1998 Umi Wahidah memutuskan menikah dengan sang guru, Habib Saggaf. Sejak itu Umi Wahidah menetap di Indonesia dan mendampingi habib Saggaf dalam berdakwah.

Habib Sagaf dan Umi Wahidah

Tahun 1998 disaat bersamaan kondisi Indonesia dalam situasi krisis ekonomi. Salah satu dampaknya banyak remaja yang terpaksa putus sekolah karena terdampak ekonomi.

Atas dasar situasi tersebut Habib Saggaf bersama Umi Wahidah mendirikan lembaga pendidikan gratis. Lembaga tersebut diberi nama Yayasan Pondok Pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman beralamat di Parung Kabupaten Bogor.

Tahun 2001 Umi memutuskan berpindah warga negara menjadi WNI Indonesia, keputusan tersebut ia pilih demi memudahkan perjuangannya dalam berdakwah melalui lembaga pendidikan pondok pesantren bersama Habib Saggaf.

Umi Wahidah Bersama Habib Sagaf

Pondok pesantren Nurul Iman bercirikan free and high quality atau gratis dengan kualitas tinggi.

Umi Wahidah

Tepat pada 12 November 2010 Habib Saggaf wafat, pesan Habib Saggaf sebelum meninggal agar Umi Wahidah meneruskan Pesantren Nurul Iman tetap gratis sampai kiamat.

Berprestasi

Dengan tekad kuat, keteguhan dan istiqamah di dalam berdakwah. Umi Wahidah melakukan banyak perombakan sistem manajemen pesantren. Pesantren Nurul Iman kemudian dikenal dengan pesantren yang memadukan tiga bidang yaitu edukasi, enterpreneurship, dan keagmaan.

Umi Wahidah selalu memegang teguh prinsip hidupnya bahwa ia selalu “do the best and be the best”. Ia meraih banyak prestasi dalam studinya di London School Of Public Relation dan mendapat anugerah sebagai Best Student pada tahun 2010.

Desember 2015 tepat pada peringatan hari bela Negara yang ke-67, Umi Waheeda mendapatkan penghargaan dari Negara Republik Indonesia sebagai Ibu Bela Negara.

Kemudian pada tahun 2019 Umi Wahidah meraih award untuk kategori Pemberdaya Ekonomi Pesantren. Award tersebut disampaikan langsung oleh Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo kepada Umi Waheeda yang diwakili oleh Al Habib Muhammad Waliyullah bin Syekh Abu Bakar bin Salim beserta Al Habib Hasan Ayatullah bin Syekh Abu Bakar bin Salim, pada acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) di Jakarta, Kamis (28/11/2019).

Tidak hanya prestasi untuk dirinya Umi Wahidah juga mampu membawa santri-santrinya berprestasi, termasuk lembaga pesantren Nurul Iman. Terbukti di tahun 2019 Yayasan Al Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School meraih penghargaan dalam acara Santri Of The Year 2019. Kamis 21 November 2019.
Santri Of The Year diselenggarakan oleh Islam Nusantara Center (INC) untuk memperingati Hari Santri Nasional yang jatuh pada setiap tanggal 22 Oktober.

Pesantren Nurul Iman di bawah naungan Umi Wahidah menganut motto “Free and Quality Education Supported by Entrepreunership.”

Pesantren Nurul Iman sendiri dibawah naungan Umi Wahidah menganut motto “Free and Quality Education Supported by Entrepreunership.”

Di tangan Umi Wahidah Pesantren Nurul Iman mampu menjadi role model pesantren di Indonesia yang sukses memadukan enterpreneurship dengan lembaga pendidikan.

Nurul Iman bahkan menjadi percontohan pesantren nasional dalam binaan Bank Indonesia dalam mengambangkan enterpreneurship dan membangun kemandirian pesantren.

Umi Waeeda mengajari santri Nurul Iman bagaimana cara berbisnis.

Di Nurul Iman terdapat banyak unit usaha santri mulai di sektor pertanian, peternakan, perikanan, percetakan, pabrik roti, juga ada pabrik tahu-tempe, konveksi, barbershop, konveksi, hingga bisnis daur ulang sampah. Kesemua bisnisnya tersebut dikelola oleh santri sehingga anak didiknya yang telah lulus dari pesantren Nurul Iman diharapkan bisa hidup mandiri berbekal ilmu yang diperoleh selama belajar di pesantren Nurul Iman.

Sosok Umi Waheeda mencerminkan seorang figur yang mencintai ilmu pengetahuan. Menurut Umi Wahidah “tidak ada yang membuat manusia menjadi mulia selain iman dan ilmu”.

Itu dibuktikan oleh Umi Wahidah dimana di sela-sela kesibukannya dalam mengasuh belasan ribu santri, Umi masih menyempatkan diri untuk kuliah meraih gelar S3 di salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia.

Umi Wahidah, Saat Ujian Promosi DOktor di IIQ Jakarta

Umi Wahidah boleh dibilang juga adalah sosok wanita muslimah yang bertanggung jawab serta mendedikasikan hidupnya untuk dakwah dan pendidikan di Indonesia.

Hal itu ia tunjukkan dengan prinsip kuat dalam menjalankan lembaga pendidikan pesantren Nurul Iman bahwa pondok pesantren Nurul Iman bercirikan free and high quality atau gratis dengan kualitas tinggi. Walaupun gratis tetapi selalu mengedepankan kualitas[YM]

Kilkers Versi PDF

Komentar

About Author /

Start typing and press Enter to search