Prof. Al Makin dan Gagasannya
Bawa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Lebih Berkontribusi Untuk Bangsa dan Dunia.
Keragaman dan perdamaian menjadi tema pokok pemikiran Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof Al Makin.
Tema-tema tersebut bisa kita temukan dalam banyak tulisan ataupun ceramah yang ia sampaikan di berbagai kesempatan.
Komitmen akan keragaman dan perdamaian itu ia tunjukkan dalam sebuah lukisan yang terpampang di sudut ruang kerjanya sebagai Rektor UIN Sunan Kalijaga.
Sosok pendiri KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari, ia dampingkan secara harmonis, menyiratkan pesan bahwa perbedaan tidak menghalangi silaturrahmi.Lebih dari itu, perbedaan seharusnya menjadi kunci untuk memajukan peradaban sebuah bangsa.
Selain itu, komitmen akan keragaman dan perdamaian ia tunjukkan dalam sebuah visi besar perguruan tinggi, yaitu “UIN Sunan Kalijaga untuk bangsa, UIN Sunan Kalijaga mendunia”.
Seperti apa itu? Berikut petikan wawancara KlikMagazine dengan Prof Al Makin:
Apa maksud UIN Sunan Kalijaga untuk bangsa, UIN Sunan Kalijaga mendunia?
Memang selama 4 (empat) tahun kedepan yang saya kejar uin suka untuk bangsa uin suka mendunia.
Untuk bangsa ini sebetulnya sudah dimulai namun belum secara esplisit dibahasakan, misalnya Prof Mukti Ali menjadi menteri di era Orde Baru, kemudian saat ini di era Jokowi ada Bapak Nizar yang menjadi Sekjen (Kemenag), Bapak Yudian menjadi kepala BPIP, para alumni UIN Sunan Kalijaga ini di mana-mana ada yang jadi gubernur, wakil gubernur, bupati, ini yang dimaksud “untuk bangsa”.
Kita ingin mempertegas itu, para alumni kita supaya berkiprah untuk bangsa di samping itu UIN Sunan Kalijaga selama empat tahun ke depan berusaha untuk memberi wacana, ikut menyumbang arah kepada bangsa.
Jadi kita ikut prihatin kepada Bangsa Indonesia ini banyak persoalan diantaranya sektarianisme, konservatisme, radikalisme dan pelan-pelan ideologi yang bisa memecah belah Indonesia.
UIN Sunan Kalijaga berusaha untuk ikut dengan yang lain mempromosikan kembali Pancasila, kita bekerjasama dengan BPIP, juga keragaman-keragaman, kerukunan antar umat beragama, toleransi antar etnis dan UIN Sunan Kalijaga juga seni -itu lukisan saya (menunjuk sebuah lukisan di ruang kerja rektor)- jadi kita mencoba lewat budaya mempromosikan nilai-nilai kebangsaan, moralitas, demokratisasi, dan lain-lain.
Itu yang kebangsaan, sedangkan untuk yang “Mendunia” kita akan mempromosikan Indonesia secara luas karena sebetulnya kita sudah banyak para dosen, para alumni yang berkiprah di dunia terutama pada keilmuan, research, tetapi kita memposisikan Islam di Indonesia yang mayoritas supaya dihitung di dunia supaya mempengaruhi wacana dunia bahwa Islam di Indonesia ini jangan diremehkan.
prihatin atas banyak persoalan bangsa, di antaranya sektarianisme, konservatisme, radikalisme dan pelan-pelan ideologi yang bisa memecah belah Indonesia.
Ini kan orang Islam ngomong kembali ke Timur Tengah, Mesir, Arab Saudi, kita mempunyai versi sendiri, budaya Islam yang berbeda.
Terkait Ideologi, Apakah ada program khusus di UIN Sunan Kalijaga?
Jelas. Pertama kita mempunyai Pusat Studi Pancasila, yang itu akan mempromosikan nilai-nilai Pancasila. Kedua kita mempunyai Rumah Moderasi, Keragaman dan Kebhinekaan, itu pendidikan informal promosi di masyarakat.
Di samping itu mahasiswa kita gembleng pada tema kebangsaan dan tema keragaman.
Sunan Kalijaga dikenal sebagai wali yang mempu menjembatani agama dan budaya, bagaimana UIN Sunan Kalijaga menjaga warisan tersebut?
Anda sudah melihat youtube saya kan? Di sana saya menembangkan Kidung Rumekso ing Wengi, saya bisa ndalang, dan saya akan mendatangkan seniman.
Para seniman lukis cat air akan melukis UIN Sunan Kalijaga di depan sini, kemudian seluruh pelukis Jogja akan kumpul di sini, mereka para seniman kita ajak bersama-sama melakukan pendekatan yang selama ini masih manual dengan pendekatan ide, seminar, kita lain, kita terobos seperti Sunan Kalijaga, lihat itu batik saya (menunjuk sebuah lukisan) yang ke depan akan menjadi batik baju dan saya mempunyai banyak lukisan.
Jadi pendekatannya tidak hanya formal namun juga pendekatan seni, olahraga, saya sudah mengadakan beberapa lomba, itu menyatukan. Jadi agama apapun itu, kalau sudah olahraga bersama kan gak tanya lagi apa agamanya dan sebagainya.
Saya tertarik dengan gagasan UIN Sunan Kalijaga mendunia, kalau kita dengar Bennedict Anderson, awal dia membawa gagasan Cornell University melalui Cornell Press, artinya melalui literasi, bagaimana dengan UIN Sunan Kalijaga?
Kita melalui jurnal, kita mempunyai 70 jurnal online, kita mempunyai publikasi buku, gagasan pemikiran integrasi interkoneksinya Prof Amin Abdullah sudah banyak dipakai orang, dan gagasan keragaman saya juga sudah banyak di jurnal-jurnal.
Sebagaimana pemerintah yang telah mencanangkan transformasi digital, apa yang dilakukan UIN Sunan Kalijaga menghadapi era digital ini?
Di sini semua dosen sudah diwajibkan mengajar dengan teknik online, sosial media digunakan, masing masing fakultas itu mempunyai studio untuk shooting, bikin film, website kita kuat, kita mempunyai sistem namanya SIA (Sistem Informasi Akademik), yang servernya kita titipkan di Batam.
Akhir-akhir ini demokrasi kita sedang bergejolak, muncul kegaduhan seperti demonstrasi, aksi atas nama agama, dan lain-lain. Menurut anda apakah demokrasi ini masih relevan menjadi jembatan pada perdamaian?
Masih sangat relevan, karena demokrasi tidak satu, demokrasi itu banyak, apa demokrasi tidak relevan kemudian kembali pada sistem kerajaan atau menjadi sistem khilafah, itu malah tidak relevan lagi. Tidak ada sistem yang lebih baik dari demokrasi, demokrasi ada banyak hal, ada demokrasi terbuka (liberal), demokrasi parlementer, demokrasi presidensiil seperti kita saat ini.
Demokrasi dalam arti partisipasi warga negara tetap relevan tetapi bentuknya seperti apa itu yang perlu dibicarakan lagi. Kita sebetulnya sudah benar, sudah desentralisasi, otonomi daerah, pilkada, pemilihan umum sudah jalan semua, yang tidak jalan adalah pendidikan kewarganegaraan. Jadi perlu pendidikan massal tentang demokrasi, tentang kewarganegaraan, tentang pancasila, kebangsaan, itu yang harus kita lakukan.
UIN Sunan Kalijaga sudah memulai dengan membentuk Pusat Studi Pancasila dan Rumah Moderasi, Keragaman dan Kebhinekaan.
Seperti apa baiknya menjalankan demokrasi di tengah keragaman seperti Indonesia?
Keragaman itu mudah, orang selama ini salah paham keragaman dianggap ancaman, keragaman itu sebenarnya modal kita untuk maju, dengan keragaman ini kita bisa mencapai semuanya. Mengapa keragaman itu modal karena dengan beragam kita mempunyai resource, sama dengan alam, alam itu jika ditumbuhi dengan padi saja maka ekosistemnya rusak maka harus ada tanaman lain.
Tetapi Prof, sekarang ini perbedaan sering disikapi dengan konflik, bagaimana itu?
Oleh sebab itu dibutuhkan manajemen, manajemen keragaman, manajemen konflik. Sama dengan kampus ini yang beragam dari berbagai daerah dan kita di sini berdialog, bisa bersinergi, bisa selaras, itu yang kita kejar dalam berdemokrasi.
Jadi, menghilangkan keragaman itu tidak bisa dan itu tidak baik bahkan akan menuju kehancuran.
Berkaitan dengan manajemen SDM, bagaimana UIN Sunan Kalijaga menyiapkan SDM yang unggul, terutama menghadapi bonus demografi?
Tidak ada cara lain kecuali meningkatkan pendidikan karena pendidikan kita masih jauh dengan negara lain, misalnya Malaysia. Memang ada banyak kemajuan, seperti penelitian, tetapi jika dibandingkan dengan Vietnam, Filipina, Thailand saja kita masih ketinggalan, mereka sudah sangat serius, jadi tidak usah jauh-jauh ke Amerika.
Di tengah banyak PTKIN yang bertransformasi menjadi UIN, bagaimana UIN Sunan Kalijaga menjaga kulitas perguruan tinggi?
Tetap unggul, kemarin saja pendaftar melonjak tinggi setelah saya menjadi rektor 3 bulan karena kita aktif di sosial media dan banyak video kita upload di youtube
akhirnya banyak yang menyaksikan, pendaftar kemarin 14 ribu padahal kita hanya menampung empat ribu. Padahal sebelumnya pendaftar hanya 7-8 ribu. Jadi nama besar kita masih bisa dijual apalagi ditambah promosi yang lain, optimis saya.
Pengembangan kampusnya seperti apa Prof?
Di Pajangan sana, kita sudah membeli tanah 70 hektare, saat ini sedang kita lunasi.
Rencana kita buat fakultas maritime, sipil, dan lain-lain. Untuk kedokteran akan kita mulai dengan Fakultas Ilmu Kesehatan dulu.(*)
Komentar