Gusmiyadi: Politik Untuk Menggerakkan Perubahan

Bagi Gusmiyadi, politik bukanlah dunia yang asing. Sejak kecil, ia sudah terbiasa hidup dalam dinamika politik.

Alam bawah sadarnya merekam “politik adalah sebuah gagasan untuk menggerakkan perubahan”.

Namun, tidak sedikit aktor-aktor politik yang bertindak kontraproduktif. Hal itu kemudian menjadi alasan orang-orang untuk mengatakan bahwa politik itu kotor.

Untuk itu, anggota DPRD Sumatera Utara dari Fraksi Partai Gerindra itu mendorong agar anak-anak muda, sebagai generasi dengan jumlah penduduk terbanyak, terlibat aktif dalam dinamika politik untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.

Pada Selasa (23/02/2021), tim redaksi Klik Magazine telah melakukan wawancara dengan Gusmiyadi. Berikut wawancara kami:

Kenapa anda tertarik masuk ke dunia politik?

Jadi memang saya itu sedari kecil hidup dalam lingkungan keluarga yang selalu ada dalam dinamika politik. Bapak saya aktivis PNI, yang hingga bertransformasi menjadi PDI Perjuangan. Dan saya sebagai anak, sering dibawa-bawa dalam urusan-urusan pembicaraan politik. Saya kira itu dunia politik itu tumbuh di alam bawah sadar kita.

Kemudian aktivitas organisasi saya banyak bersentuhan dengan politik. Lalu kemudian  aktif di organisasi pergerakan, organisasi kader seperti HMI, makin dalam karena bicara tentang substansi politik, substansi gerakan, dan substansi kekuasaan. Sehingga kemudian saya pikir harus ada dalam momentum pertarungan politik untuk melakukan hal-hal penting untuk sebuah perubahan.

Apa misi anda ketika terlibat di dunia politik?

Politik ini kan sesungguhnya bagian terpenting dari upaya untuk melakukan perubahan-perubahan. Kita sadar bahwa kekuasaan itu memiliki otoritas untuk melakukan banyak hal. Kalo kita bicara politik dalam konteks demokrasi kan ada dua ujungnya, yaitu eksekutif dan legislatif.

Nah, kita paham untuk bermain di wilayah itu ada konsekuensinya. Kita sebagai aktivis sudah menghitung, mengkalkulasi, dan tampaknya kita lebih memilih jalur legislatif sebagai batu loncatan perjuangan kita.

Soal misi, saya selalu gandrung bicara soal peningkatan ekonomi rakyat. Maka kita berusaha untuk melatih para petani meningkatkan produktivitas, melatih para peternak untuk meningkatkan nilai tambah, kemudian kita membangun instrumen agama untuk lebih sadar pada upaya untuk peningkatan ekonomi umat. Ini yang menjadi konsen kita.

Banyak yang bilang politik itu kotor, kenapa anda malah tertarik untuk masuk ke Politik?

Kita sadar bahwa justifikasi terhadap politik itu dilandaskan pada pengalaman buruk mengenai politik itu sendiri. Tapi di sisi yang lain, politik itu kan sebenarnya netral. Ia akan sangat bergantung kepada aktornya. Persepsi-persepsi itu sah-sah saja karena bagian dari trauma kita dalam berbangsa dan bernegara. Nah saya pikir di situ juga tantangannya.

Kita harus bangun kesadaran anak-anak muda, bahwa politik itu tidak haram, tidak kotor, politik itu harusnya mulia untuk melakukan perubahan dan anak muda harus ambil peran, terlebih dalam sejarah tercatat gerakan anak-anak muda ini mampu menginisiasi lahirnya sebuah perubahan.

Walaupun kemudian, lagi-lagi dicederai oleh aktor-aktor politik yang justru kontraproduktif dalam membangun suasana politik yang kita harapkan.

Sebagai anggota dewan, bagaimana cara anda untuk menghindari praktik koruptif?

Nah, tantangannya di situ. Saya juga belum tentu ini termasuk orang baik. Tapi yang paling penting di sini adalah penegakan hukumnya. Mungkin saya akan menolak dikasih uang 50 juta, mungkin saya akan menolak dikasih uang 100 juta, tetapi saya akan gemetar kalau dikasih uang lebih dari itu, miliaran rupiah misalnya.

Ya mungkin kuncinya pada penegakan hukum. Kita berharap proses penegakan hukum di Indonesia jadi lebih baik, semakin transparan, semakin berkualitas. Sehingga saya takut terjebak pada urusan-urusan yang sifatnya koruptif.

Secara umum, bagaimana peran pemuda saat ini?

Ada fenomena menarik yang mana ini sangat digandrungi anak-anak muda, yaitu terkait kemajuan teknologi, terutama media sosial. Secara faktual, peran pemuda dari hari ke hari semakin hebat, bukan hanya pada tema-tema politik, tetapi juga ekonomi. Bagaimana mereka mengambil manfaat dari media sosial untuk menggerakkan ekonomi, apakah untuk dirinya sendiri atau orang banyak.

Dulu, mereka mungkin yang bertani hanya bertani an sich, tetapi sekarang mereka mulai berbicara pemasaran melalui media sosial, kemudian mereka mulai bangkit secara ekonomi, usaha-usaha mereka di ladang-ladang itu mulai berhasil.

Di sisi lain teman-teman yang dulunya hanya sibuk ngurusi konveksi, jual kaos dan sebagainya secara manual, sekarang mereka sudah banyak sekali mewarnai dunia online dalam pemasaran, sehingga mereka semakin tangguh untuk bertarung di tengah perkembangan zaman yang semakin menantang.

Begitu juga dengan teman-teman yang aktif di politik. Seperti saya lah sebut saja begitu. Yang kita pahami kampanye konvensional itu kan sangat mahal. Kita paham bahwa facebook merupakan media yang murah untuk operasikan, tinggal ketelatenan membuat konten yang menarik, maka saya yakin ketika maju sebagai anggota DPRD Sumatera Utara. Media sosial memiliki pengaruh yang cukup kuat untuk bisa meningkatkan elektabilitas.

Artinya apa, artinya di tengah perkembangan zaman hari ini, didorong kemajuan teknologi, anak-anak muda bisa semakin menunjukkan perannya.

Apa yang harus disiapkan anak-anak muda menghadapi masa depannya, terlebuh menghadapi binus demografi?

Bonus demografi itu adalah ketika jumlah pemuda secara statistik lebih banyak daripada orang tua, untuk lebih menyederhanakan. Kalau ini tidak dikelola dengan baik akan menjadi petaka, karena orang-orang yang memiliki energi besar, orang-orang yang memiliki potensi untuk mengisi ruang-ruang masa depan bangsa ini, kalau tidak dikelola maka mereka akan cenderung mengambil aktivitas atau kegiatan yang kontraproduktif.

Bisa kebayang kalau mereka tidak dibekali kompetensi tertentu misalnya, mereka lebih banyak main game, terus melakukan aktivitas-aktivitas kontraproduktif dengan harapan kita, tentu mereka akan mencari saluran yang bisa jadi tidak kita harapkan. Ketika jumlahnya semakin banyak, maka persoalannya akan semakin terakumulasi menjadi besar dan itu menjadi beban buat kita.

Tapi kalau kita mampu mengelola angkatan muda ini menjadi sesuatu yang produktif, maka ketika mereka terdistribusi secara aktif dan kemudian produktif, maka otomatis republik ini akan semakin membaik. Karena yang kita perbincangkan di sini adalah jumlah mayoritas secara statistik dari masyarakat kita.

Namun hal itu tidak cukup apabila tidak ada peran dari pemerintah itu sendiri, menurut anda apakah pemerintah berperan baik memberi ruang untuk pemuda?

Saya kira di banyak program pemerintah berusaha untuk mengakomodasi anak-anak muda untuk beraktivitas secara produktif, tapi sayangnya kadang-kadang kerja-kerja birokrasi dilaksanakan tanpa menyertakan ruh yang kuat untuk bisa menyentuh selera atau kecenderungan anak-anak muda.

anak-anak muda harus didekati dengan cara yang dekat dengan mereka, tidak bisa dengan birokrasi yang kaku, kemudian tema-tema yang secara diksi tidak menarik buat mereka.

Pemerintah ketika membuat program terhadap anak-anak muda harus relevan, pendekatanya harus cair, lebih mengena kepada budaya yang dekat dengan mereka, tidak bisa lagi menggunakan pendekatan yang penting jalan.

Apa saran anda untuk para pemuda?

Anak muda harus membuka diri terhadap perubahan, harus bisa menyerap banyak sekali informasi, harus meningkatkan kapasitas dan kompetensi diri. Sehingga setiap tantangan ke depan dapat dijawab dengan pengalaman-pengalaman itu.

Selanjutnya ketika mentalitas itu sudah ada, maka anak-anak muda harus memiliki hal-hal yang sifatnya spesifik, ia harus mampu menentukan orientasi dirinya di masa yang akan datang. Ia memiliki semacam keahlian untuk mengembangkan dirinya menjadi lebih baik [MN]

KLIK MAGZINE VERSI PDF

Komentar

About Author /

Start typing and press Enter to search