Kata di Balik Fakta
Tidak dapat dipungkiri, banyak kata serapan di dalam bahasa Indonesia. Sejumlah kata dari bahasa asing (barat) menjadi bahasa Indonesia. Tak terkecuali kata-kata di bidang politik, yang paling gampang menerima unsur kata baru.
Istilah nasionalisme, komunisme, revolusi dan demokrasi menjadi contoh bagian dari himpunan pinjaman kata-kata barat yang masing-masing menandai satu fase dari sejarah penting politik Indonesia dan pertemuan konseptual dengan dunia barat.
Denys Lombard, melalui bukunya Nusa Jawa Silang Budaya (2000) mengupas secara apik mengenai hal tersebut.
Menurutnya, kata-kata serapan seperti istilah nasionalisme, komunisme, revolusi dan demokrasi dalam konteks Indonesia mengalami pergeseran makna.
Kata-kata teralihkan dari barat, mudah diterima namun tidak dalam arti yang tepat sama dengan konsep dari barat.
Kata-kata teralihkan dari barat, mudah diterima namun tidak dalam arti yang tepat sama dengan konsep dari barat.
Denys Lombard
Nasionalisme
Kata Nasionalisme barangkali boleh dibilang menjadi kata yang adaptasinya sangat baik.
Di ranah politik kata nasionalisme sejatinya dipinjam dari istilah barat, namun istilah nasionalisme dilingkupi oleh pengertian yang sepenuhnya adalah asli Indonesia.
Secara fakta politik kata nasionalisme lahir dibawa oleh para pemuda Indonesia saat kembali dari Belanda pasca perang dunia I. Juga oleh orang-orang Cina yang merefer pada keberhasilan Sun Yat-Sen.
Kata nasionalisme semakin berkembang di Indonesia sejak berdirinya Partai Nasional tahun 1927, serta pengembangan ideologi yang diperkenalkan oleh Sukarn. Melalui pidato-pidatonya sukarno kerap menggunakan kata nasionalisme.
Tahun 1945 kata nasionalisme terasimilisasi dengan pengertian kebangsaan, kemudian diperkuat dengan masuk dalam salah satu sila pancasila. 1960 kata nasionalisme muncul dalam akronim NASAKOM hingga kemudian di masa ordebaru tidak lagi menggunakan kata nasionalisme secara langsung meliankan menjadi kata nasional yang merupakan turunan dari kata internasional.
Singkatnya, nasionalisme merupakan suatau neologisme yang diterapkan sesuai kenyataan Indonesia yang snagat khas, aspirasi dan tuntutan pembebasan Indonesia dari kekuasan penjajah negeri Belanda.
Neoligisme yang masuk diantaranya kata tanah air, bangsa, nusa bangsa. Tahun 1928 Sukarno secara tegas menyatakan bahwa nasionalisme Indonesia bukanlah nasionalisme ke-Barat-an tapi nasionalisme ke-Timur-an.
Nasionalisme di Indonesia tidak ada hubunganya dengan chauvisnisme Barat nasionalisme yang serang menyerang atau nasionalisme perdagangan untuk untung rugi. Bukan nasionalisme yang kapitalis, bukan pula nasionalisme proltar, Sukarno menyebutnya nasionalisme marhaenistis.
Komunisme
Berbeda dengan nasionalisme, istilah komunisme dibawa oleh beberapa orang belanda radikal sebelum perang dunia I. Istilah komunisme di Indonesia dimasukkan oleh kaum marxis dari Belanda. Tahun 1913 H.J. Sneevliet, yang menetap di Semarang, adalah sosok yang membawanya. Ia menggerakkan kaum buruh (kereta api) di semarang dan mendirikan surat kabar bersama teman-temannya yang mengembangkan gagasan-gagasan radikal marxisme di Indoensia.
Istilah komunisme/marxisme di Indonesia sejatinya hanya diambil perisitlahannya saja. Bukanlah metode penalaran yang sebenarnya atau benar-benar persis sesuai maknanya.
Tan Malaka misalnya menggunakan Madilog (materialisme-dialektika-logika) sebagai pusaka yang diambil dari barat untuk melawan keterpurukan Indonesia akibat dari perkembangan mistisisme-idealisme di Indonesia.
Kejayaan Indonesia awal runtuh akibat dari sistem perbudakan penajjahan belanda di dukukung dengan sikap sipritualitas timur (indianisasi) sehingga menjadi masyarakat yang tidak maju. Komunisme juga dikembangkan dengan kekhasan oleh Aidit dengan mengurai sejarah pemebrontakan petani, terbentuknya masyarakat jajahan Belanda, hingga lahirnya Indonesia yang dalam keadaan semi-kolonial dan semi-feodal.
Demokrasi Indonesia menurtu Sukarno adalah pemerintahan rakyat, cara pemerintahan yang memebrikan hak rakyat ikut memimpin. Tidak meniru demokrasi-demokrasi ala Barat. Demokrasi yang hanya menjadi simbol, alat kerakusan kapitalisme kaum borjuis.
Demokrasi
Berikutnya adalah kata Demokrasi, meski kata ini diserap dari Barat istilah demokrasi digunakan di Idnoensia untuk menamai suatau realitas politik khas Indonesia. Tidak semata-mata memiliki makna yang persis sama dengan demokrasi Barat. Untuk merumuskan demokrasi Indonesia yang tidak sama dengan domokrasi ala Barat.
Kata demokrasi masuk di Indonesia kira-kira di masa perang Dunia I. Sukarno tahun 1932 menuliskan tentang demokrasi yang khas Indonesia.
Demokrasi Indonesia menurtu Sukarno adalah pemerintahan rakyat, cara pemerintahan yang memebrikan hak rakyat ikut memimpin. Tidak meniru demokrasi-demokrasi ala Barat. Demokrasi yang hanya menjadi simbol, alat kerakusan kapitalisme kaum borjuis.
Pada tahun 1945 demokrasi kemudian menjelma menjadi khas Indonesia. 1955 Pemilu pertama dilakukan, DPR dimasa itu tidak mengikuti sistem parlemen ala barat diamana tak satupun keputusan diambil dari hasil suara terbanyak melainkan melalui musyawarah yang panjang dan melahirkan mufakat.
Mengangkat sebuah pendapat yang dominan yang akhirnya disepakati bersama.
Meski akhirnya sistem parlemen yang demikian tidak mampu bertahan hingga akhirnya Suakrno memunculkan demokrasi terpimpin.
Sukarno menganggap domokrasi parlementer bukanlah demokrasi khas Indonesia, hal tersebut adalah demokrasi impor, demokrasi yang bukanlah khas Indonesia.
Revolusi
Istilah revolusi, kata yang paling sering ditelorkan oleh Sukarno di era tahun 1959. Jauh sebelum itu, kata revolusi muncul dalam bahas amelayu pada masa pernag dunia I, mengacu pada revolusi revolusi di negara-negara eropa Prancis, Rusia dan Cina. Kata revolusi hanya digunakan untuk peristiwa tersebut.
Di Indonesia, kata revolusi tahun 1949 digunakan oleh Soetan Sjahrir untuk menamai perjuangan bawah tanah melawan penajjahan Jepang. Kata revolusi dianalogikan sebuah perlawanan terhadapa penajajah.
Sukarno kemudian banyak menggunakan kata revolusi pada pidato manifesto politiknya. Kata-kata revolusi belum selesai sangat populer waktu itu dan puncaknya saat Indonesia menjalan demokrasi terpimpin. Istilah revolusi perlahan kemudian runtuh dan hilang seiring dengan runtuhnya demokrasi terpimpin dan lahirnya Orde Baru.
Nasionalisme cukup cepat terasimilasi dengan istilah kebangsaan, kata demokrasi mengalami pergeseran hingga maknanya semakin jauh dengan istilah dari Barat. Kata komunisme sangat diterima meski tanpa disertai dengan analisi marxis sebagaimana di Barat. Revolusi justru lebih dekat dengan falsafah jawa ala Sukarno ketimbang pemikiran J.J Rousseau atau Lenin.[YM]
Kata nasionalisme cukup cepat terasimilasi dengan istilah kebangsaan, kata demokrasi mengalami pergeseran hingga maknanya semakin jauh dengan istilah dari Barat. Kata komunisme sangat diterima meski tanpa disertai dengan analisi marxis sebagaimana di Barat. Revolusi justru lebih dekat dengan falsafah jawa ala Sukarno ketimbang pemikiran J.J Rousseau atau Lenin
Klik Magazine Versi PDF
Komentar