Kemuliaan
Kemuliaan adalah hal yang selalu menjadi dambaan banyak orang.
Sangat sering kita jumpai manusia bekerja keras, melakukan berbagai hal demi memperoleh kemuliaan. Namun kenyataannya kemuliaan itu tidak kunjung didapatkan melainkan kekecewaan.
Pencapaian pencapaian duniawi sering digunakan sebagai salah satu cara memperoleh kemuliaan. Misalnya menjadi kaya raya dan terhormat, menjadi seorang pejabat, atau bahkan menjadi seorang tokoh agama, politisi, dan berbagai jenis profesi lainnya yang puncaknya bemuara pada keinginan untuk dimuliakan.
Lantas bagaimana sebenarnya kemuliaan itu, dengan cara apa sebaiknya kemuliaan itu didapatkan, dan aa sejatinya kemuliaan?.
Kemuliaan adalah kata benda, artinya hal (keadaan) mulia, keluhuran, keagungan, atau kehormatan, dari KBBI. Bahasa Arabnya dari kata “izzun” (عز).
Makna sufistiknya, kata kemuliaan menurut Ibnu Atha’illah bergandengan dengan alam fana dan keabadian, seperti tuturannya berikut:
ان اردت ان يكون لك عز لا يفنى فلا تستعزن بعز يفنى.
In aradta an yakuuna laka ‘izzun laa yafna falaa tasta’izzanna bi’izzin yafna.
“Jika kamu menginginkan kemuliaan yang abadi, jangan membanggakan kemuliaan yang fana.”
“Jika kamu menginginkan kemuliaan yang abadi, jangan membanggakan kemuliaan yang fana.”
Ibnu Atha’illah
Bila kita merasa mulia karena Allah, kemuliaan ini akan abadi dan tak seorang pun yang mampu menghinakannya.
Dr. Karlina Helmanita
Tuturan Ibnu Atha’illah ini menjelaskan tentang kemuliaan abadi.
Jika kita ingin menghendaki kemuliaan abadi, kita diminta untuk menjauhi segala “sebab”, namun mendekatlah pada “Sang Pencipta sebab”.
“Pencipta sebab” adalah Tuhan Yang Abadi sehingga ketergantungan kita kepadaNya menjadi sumber kemuliaan yang abadi.
Karenanya, kita jangan tertipu dengan kemuliaan yang fana hanya menyadari “sebab” tapi tidak menyadari siapa “Pencipta sebab”.
“Sebab” itu fana. “Ketergantungan kita terhadap “sebab” menjadi sumber kemuliaan yang tidak abadi.
Bila kita merasa mulia karena Allah, kemuliaan ini akan abadi dan tak seorang pun yang mampu menghinakannya.
Namun jika kita mendapatkan kemuliaan dari selain-Nya, seperti harta, kehormatan, kedudukan, dan kita merasa puas serta menjadikannya sandaran, lalu kita lalai dari Allah yang Mahamulia, maka beristighfarlah karena tak ada keabadian bagi kemuliaan itu.
Tak ada kemuliaan pada sesuatu yang kita banggakan selain Rabb kita yang Maha Agung.Oleh sebab itu, sadarilah alam ini fana, dan tipuan belaka.
Karenanya janganlah terperangkap pada kemuliaan fana, dan menyeret kita pada ketidakmuliaan di rumah keabadian sejati. Semoga kita diberikan kemuliaan abadi itu, melalui rasa syukur tanpa jeda, berbagi tanpa lupa, bahwa kita semua, fana.
Oleh: Karlina Helmanita (Dosen UIN Syarif Hidayatullah dan Founder Yayasan Sanggar Baca Jendela Dunia)
Komentar